Peraturan Badan Standar Nasional Pendidikan Nomor: 013/P/BSNP/XII/2011 Tentang Kisi-Kisi Ujian Nasional Untuk Satuan Pendidikan Dasar Dan Menengah Tahun Pelajaran 2011/2012 yang ditetapkan pada tanggal 14 Desember 2011 oleh Ketua BSNP Prof. Dr. Ir. M. A. Wirakartakusumah, M.Sc., belakangan menjadi salah satu produk hokum yang banyak didiskusikan dalam berbagai format oleh kelompok guru mata pelajaran yang di UN kan.
Salah satu yang berbeda dari kisi-kisi UN tahun sebelumnya adalah UN pada tahun ini mencakup semua materi yang termuat dalam Standar Isi (SI). Dengan demikian terdapat beberapa materi yang di UN tahun sebelumnya tidak muncul, di UN tahun ini akan muncul. Pada mata pelajaran Matematika, materi itu adalah: bilangan berpangkat/bentuk akar, pertidaksamaan linier satu variabel, garis istimewa pada segitiga, dan peluang.
Hal lain yang berbeda untuk mata pelajaran matematika adalah persentase indikator “pemecahan masalah” yang mencapai 84% dari total indikator yang dimunculkan. Ini berarti hanya sekitar 16% dari total soal yang direncanakan bukan termasuk kategori “pemecahan masalah”. Secara matematis dari 40 soal yang direncanakan, berarti sekitar 34 soal akan berbentuk “pemecahan masalah”, sedangkan 6 soal saja yang masuk kategori soal biasa. Berdasarkan hal tersebut, tidaklah salah apabila disimpulkan bahwa UN tahun ini kemungkinan akan “lebih berat” dari UN tahun sebelumnya. Bagi mata pelajaran matematika, UN tahun ini adalah sebuah ajang uji kemampuan masalah bagi peserta didik setelah 3 tahun menempuh pendidikan.
Seperti disampaikan oleh beberapa ahli, bahwa tidak semua jenis soal bisa dikategorikan dalam “pemecahan masalah”. Soal-soal kategori pemecahan masalah setidaknya mempunyai dua karakteristik yang tidak dipunyai oleh soal yang lain (bukan pemecahan masalah). Dua karakteristik itu adalah: adanya tantangan (menantang) dan tidak dapat diselesaikan dengan cara rutin (biasa). Soal kategori pemecahan masalah biasanya tidak bisa diselesaikan secara langsung (1 langkah), melainkan memerlukan 2 – 3 langkah. Yang sering menjadi bahan diskusi teman-teman guru matematika adalah “apakah soal kategori pemecahan masalah selalu berbentuk soal cerita?”. Tentu jawabnya adalah “tidak”. Hal ini harus dikembalikan kepada karakteristik soal pemecahan masalah. Banyak soal-soal yang menantang dan tidak dapat diselesaiakan secara biasa yang tidak berbentuk soal cerita.
Apapun bentuk dan kategorinya, UN harus dihadapi dan itu hanyalah salah satu bentuk evaluasi yang tidak berbeda dengan bentuk-bentuk evaluasi lainnya. Yang berbeda dalam UN hanyalah suasananya yang kadangkala justru kita sendiri yang men-setting-nya menjadi sebuah arena yang menakutkan. Ibarat sebuah kompetisi sepak bola, UN adalah partai puncak (final). Dalam partai itu yang cukup menentukan adalah faktor mental, siapa yang kuat mentalnya, dialah yang akan keluar sebagai juara.
Salah satu yang berbeda dari kisi-kisi UN tahun sebelumnya adalah UN pada tahun ini mencakup semua materi yang termuat dalam Standar Isi (SI). Dengan demikian terdapat beberapa materi yang di UN tahun sebelumnya tidak muncul, di UN tahun ini akan muncul. Pada mata pelajaran Matematika, materi itu adalah: bilangan berpangkat/bentuk akar, pertidaksamaan linier satu variabel, garis istimewa pada segitiga, dan peluang.
Hal lain yang berbeda untuk mata pelajaran matematika adalah persentase indikator “pemecahan masalah” yang mencapai 84% dari total indikator yang dimunculkan. Ini berarti hanya sekitar 16% dari total soal yang direncanakan bukan termasuk kategori “pemecahan masalah”. Secara matematis dari 40 soal yang direncanakan, berarti sekitar 34 soal akan berbentuk “pemecahan masalah”, sedangkan 6 soal saja yang masuk kategori soal biasa. Berdasarkan hal tersebut, tidaklah salah apabila disimpulkan bahwa UN tahun ini kemungkinan akan “lebih berat” dari UN tahun sebelumnya. Bagi mata pelajaran matematika, UN tahun ini adalah sebuah ajang uji kemampuan masalah bagi peserta didik setelah 3 tahun menempuh pendidikan.
Seperti disampaikan oleh beberapa ahli, bahwa tidak semua jenis soal bisa dikategorikan dalam “pemecahan masalah”. Soal-soal kategori pemecahan masalah setidaknya mempunyai dua karakteristik yang tidak dipunyai oleh soal yang lain (bukan pemecahan masalah). Dua karakteristik itu adalah: adanya tantangan (menantang) dan tidak dapat diselesaikan dengan cara rutin (biasa). Soal kategori pemecahan masalah biasanya tidak bisa diselesaikan secara langsung (1 langkah), melainkan memerlukan 2 – 3 langkah. Yang sering menjadi bahan diskusi teman-teman guru matematika adalah “apakah soal kategori pemecahan masalah selalu berbentuk soal cerita?”. Tentu jawabnya adalah “tidak”. Hal ini harus dikembalikan kepada karakteristik soal pemecahan masalah. Banyak soal-soal yang menantang dan tidak dapat diselesaiakan secara biasa yang tidak berbentuk soal cerita.
Apapun bentuk dan kategorinya, UN harus dihadapi dan itu hanyalah salah satu bentuk evaluasi yang tidak berbeda dengan bentuk-bentuk evaluasi lainnya. Yang berbeda dalam UN hanyalah suasananya yang kadangkala justru kita sendiri yang men-setting-nya menjadi sebuah arena yang menakutkan. Ibarat sebuah kompetisi sepak bola, UN adalah partai puncak (final). Dalam partai itu yang cukup menentukan adalah faktor mental, siapa yang kuat mentalnya, dialah yang akan keluar sebagai juara.