TERIMA KASIH TELAH BERKUNJUNG KE "PRO EDUKASI"

08 Februari 2021

KEBAIKAN SEORANG KAWAN

Yuliyanto

 

Buku setebal 94 halaman yang dicetak pertama kali di awal tahun 2019 menjadi salah satu bukti karya kawan saya ini dalam menuangkan ide atau gagasannya melalui tulisan. Buku bersampul dengan gambar anak-anak sedang bermain sangat pas dengan judulnya, “Asyiknya Belajar Melalui Permainan Tradisional”. Buku sederhana ini berisi ide atau gagasan kegelisahan kawan saya akan semakin pudarnya beberapa jenis permainan tradisional di tengah derasnya arus globalisasi. Naluri sebagai pendidik membuatnya berkeinginan memasyarakatkan permainan tradisonal itu ke dalam proses pembelajaran.

Terdapat 11 macam permainan tradisional yang dia gagas untuk bisa diterapkan dalam proses pembelajaran. Kesebelas permainan tradisional tersebut, yaitu: engkling, lurah-lurahan, bekelan, dir-diran,  kucing-kucingan, dakon, ular naga, lompat tali, domikado, becak-becakan, dan koko-koko. Disamping bertujuan memasyarakatkan permainan tradisioanl, ide bermain sambil belajar menjadi latar belakang penulisan buku ini. “Pembelajaran melalui permainan tradisional dapat membuat aktif, kreatif, dan efektif dalam proses pembelajaran “, demikian dia menuliskan ide atau gagasannya pada salah satu bab dalam buku tersebut.

Sumber: Koleksi pribadi

Buku itu hanyalah salah satu bukti kepedulian dan keseriusannya memotivasi dan membangkitkan budaya literasi di lingkungan sekitarnya. Dia juga menjadi salah seorang yang membidani lahirnya komunitas GARASI (Guru Sadar Literasi). Di komunitas itu, dia adalah sosok yang baik hati, enthegan, dan pandai menciptakan suasana yang ceria melalui gurauan-gurauannya. Oleh karenanya kehadirannya sangat dan sering dirindukan di setiap kegiatan GARASI. Belakangan komunitas itu tela menjelma menjadi sebuah komunitas resmi dengan Surat Keputusan Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan, dengan nama Forum Guru Sadar Literasi (Forum Garasi). Terbitnya Surat Keputusan tersebut pun tidak lepas dari perannya.

Sukses kegiatan “Workshop dan Lomba Penulisan Best Practice Guru” yang baru saja digelar oleh Forum Garasi pun tidak lepas dari sentuhan hati dan tangan dinginnya. Selasa (2-2-2021) yang lalu dengan gaya khasnya dia masih sempat nimbrung komentar di grup, saat beberapa teman menyelesaikan pembuatan sertifikat kegiatan itu. Hari itu juga kita baru mengetahui kalau dia dinyatakan positif dari hasil swab yang barusaja dilakukannya. Oleh karenanya, beberapa saat kemudian kita melakukan panggilan video kepadanya dengan niat untuk memberikan dukungan moral dan memotivasinya agar tetap semangat.

Dua hari kemudian, salah satu teman yang ikut dalam panggilan video itu mendapat pesan whatsapp dari seseorang, yang intinya menanyakan keberadaan dia, yang katanya dirawat di sebuah rumah sakit di Yogyakarta. Semua terasa berjalan sangat cepat, saat semalam (Minggu, 7-2-2021) salah seorang teman mengirim pesan whatsapp minta bantuan doa untuknya kaarena kondisinya yang kritis. Ide untuk meminta bantuan doa teman-teman lain pun muncul. Jadilah pesan itu diteruskan ke beberapa grup dimana dia juga ada di dalamnya. Sesaat kemudian ramailah suasana dengan kiriman-kiriman doa untuknya agar diberikan kekuatan dan kemudahan melewati masa kritisnya, dan diberikan kesembuhan dari sakitnya.

Esok hari tadi (Senin, 8-2-2021) sekitar pukul 05.30 kembali kita dikejutkan oleh sebuah pesan melalui whatsapp berisi berita duka tentang telah meninggalnya kawan tadi. Dalam waktu singkat berita itu pun beredar melalui beberap grup dimana dia juga menjadi bagiannya. Ungkapan bela sungkawa dengan berbagai perasaan teman-teman yang membacanya pun membanjiri postingan di grup-grup tersebut. Sedih, haru, tangis, dan bahkan perasaan tidak percaya menjadi pelengkap suasana bela sungkawa tersebut. Seorang teman bahkan hingga di tempatnya bekerja pun masih sesenggukan menangis akan fakta yang terjadi. “Aku kok jeh durung percoyo to iki”, begitu salah satu ungkapan seorang teman dekat yang diikuti icon orang menangis menggambarkan kesedihannya. Teman lain pun merespon dengan nuansa kesedihan dan ketidakpercayaannya, “Iyo podho ... rasane kok masih pingin guyon”.

Kita semua sangat mungkin merasakan hal yang sama, kesedihan yang mendalam atau bahkan mungkin perasaan tidak percaya akan kejadian tersebut. Namun faktanya yang kita hadapi demikian, dia telah berpulang menghadap Sang Pencipta. Seorang teman mencoba menenangkan emosi teman lainnya dengan mengamini semua doa yang disampaikan, dan sebuah nasehat melalui beberapa kalimat. “Kala hidup tak berasa, ternyata teman kita jadi pelajaran berharga. Bahwa manusia tiada daya hadapi segala kuasa-Nya”. Selamat jalan kawan, semoga damai di sana ... []

06 Februari 2021

BERJUANG MENJADI PEMENANG SAAT PANDEMI COVID-19

Yuliyanto

 

Judul tulisan ini saya kutip dari tema dua buah buku yang akan segera hadir, hasil karya keroyokan dari teman-teman guru. Dua buah buku kumpulan pantun dan puisi teman-teman guru ini -- biar lebih keren kita sebut saja antologi, merupakan kumpulan karya dari beberapa teman guru, hasil dari membaca dalam arti yang luas. Mengapa demikian? Karena dua buku tersebut berisi curahan hati dan pikiran mereka, hasil membaca keadaan yang sedang berlangsung di sekitarnya, yang ditulis dalam bentuk pantun dan puisi.

Saat diminta untuk memberikan sambutan pada kedua buku tersebut, pikiran saya langsung teringat pada sebuah kalimat bijak dari Zig Ziglar, bahwa “Kamu tidak perlu menjadi luar biasa untuk memulai, tapi kamu harus memulai untuk menjadi luar biasa”. Inilah wujud nyata dari niat teman-teman untuk memulai dan merintis jalan agar bisa menjadi luar biasa. Apresiasi setinggi-tingginya saya sampaikan dengan tulus kepada teman-teman guru semua atas prestasi yang mewujud dalam karya tersebut. Tidaklah berlebihan jika saya sampaikan bahwa itu merupakan salah satu bukti nyata mereka sedang berjuang menjadi pemenang, berani memulai sesuatu untuk menjadi luar biasa, sesuai dengan topik yang diusung.

Bagi saya pribadi, yang tidak mahir secara teori maupun praktik dalam bidang pantun dan puisi, kedua buku itu merupakan karya yang patut diapresiasi. Di tengah-tengah kesibukannya melaksanakan tupoksi sebagai guru di masa pandemi, mereka mencoba tetap dan terus berkarya, mengekspresikan isi hati dan pikirannya. Semua -- tanpa memandang latar belakang disiplin ilmunya menulis untuk menuangkan isi hati dan pikiran mereka. Mendadak semua berubah menjadi ahli pantun dan puisi. Hal inilah yang menginspirasi saya memberikan apresiasi dan motivasi dengan berpantun juga. Oleh karenanya di akhir sambutan itu, saya tuliskan sebuah pantun: Ke Semarang naik taksi kota, mampir Ambarawa nikmati kopi kenthir, teruslah berjuang dengan aksi yang nyata, agar hasil karya terus mengalir”.

Sumber: Koleksi pribadi

Masa pandemi covid-19 yang berlangsung sejak awal bulan Maret 2020 dan masih terus berlangsung hingga saat ini telah banyak memengaruhi pola pikir dan perilaku masyarakat. Semua harus tetap bersabar dan terus berjuang agar bisa keluar sebagai pemenang, dalam arti yang sangat luas. Diam dan pasrah menerima keadaan tanpa melakukan apapun akan menjadikan kita lemah dan kurang atau tidak produktif. Bagi kita (guru), proses pembelajaran jarak jauh pada masa pandemi memberikan banyak hal yang bisa dijadikan sebagai sebuah tantangan untuk tetap dan terus berkarya demi anak-anak bangsa.

Seiring berjalannya waktu, masa pandemi yang masih terus berlangsung ini telah melahirkan kerinduan dan berbagai harapan dalam dunia pendidikan, baik dari siswa maupun guru. Rindu dan berharap untuk dapat saling berinteraksi dan berkomunikasi dalam proses pembelajaran seperti saat sebelum masa pandemi makin terasa kuat di hati dua komponen utama proses pembelajaran. Nekat untuk menuntaskan rasa rindu dan harapan itu tentu saja bukan solusi yang tepat di tengah makin meningkatnya kasus terkonfirmasi saat ini.

Mengekspresikannya menjadi sebuah karya menjadi salah satu pilihan tepat untuk menginspirasi dan memotivasi lahirnya kreativitas lain untuk melakukan tupoksi dalam pembelajaran. Kehadiran buku kedua, antologi puisi guru itu menjadi sebuah karya hasil dari sensitivitas dan kemampuan membaca keadaan yang sedang dialami. Tidak menutup kemungkinan karya itu akan melahirkan ide-ide atau gagasan-gagasan kreatif untuk dituangkan dalam pelaksanaan pembelajaran jarak jauh yang masih harus terus berlangsung saat ini. Dengan demikian akan hadir kepada kita dua kemenangan sekaligus, berhasil melayani siswa dengan sepenuh hati dan karya monumental sesuai tema yang diusung: “Berjuang Menjadi Pemenang Saat Pandemi Covid-19”.

Kutipan bijak yang sangat tepat mengiringi terbitnya kedua buku antologi itu adalah bahwa, “Sebaik-baik guru adalah yang tidak pernah berhenti sebagai siswa”. Hal ini dapat dimaknai bahwa kita (guru) harus tetap dan terus belajar, dan sebaik-baik belajar pasti diawali dengan membaca dan diakhiri dengan mengajarkannya kepada orang lain. Buku itu merupakan bukti nyata bahwa guru terus belajar, termasuk di dalamnya menuangkan isi hati dan pikiran hasil dari membaca dalam arti yang luas. Hadirnya buku itu juga memberikan sebuah pelajaran bagi kita semua, bahwa siapa pun yang memiliki kemauan kuat untuk memulai, akan bisa melahirkan karya-karya yang bermanfaat – sekecil apa pun manfaat itu. Inilah esensi dari makna yang tersirat dalam kalimat “menjadi pemenang”.

31 Januari 2021

MENGINTIP PENDIDIKAN MASA DEPAN

Yuliyanto

 

Saya awali tulisan ini dengan sebuah kutipan pesan dari salah seorang Sahabat Nabi, “Didiklah anakmu sesuai dengan zamannya, sungguh mereka akan menghadapi masa depan yang berbeda dengan zamanmu”. (Ali Bin Abi Thalib).

Terdapat beberapa makna tersirat dalam pesan tersebut. Pertama, bahwa pendidikan itu harus terus berlangsung sepanjang hayat. Kedua, proses tersebut harus berlangsung sesuai dengan zamannya. Ketiga, bahwa pendidikan itu adalah sebuah investasi jangka panjang.

Salah satu komponen operasional untuk memenuhi kriteria sesuai dengan zamannya, adalah kurikulum. Oleh karena itu kurikulum selalu dan akan selalu berubah dan berkembang sesuai dengan tuntutan perubahan dan perkembangan zaman. Guru sebagai penghuni garda terdepan pendidikan seharusnya memahami dan menyadari hal tersebut, dan tidak sebaliknya menjadi “alergi” dengan perubahan dan perkembangan kurikulum.

Sumber: Koleksi pribadi

Masa pandemi covid-19 yang berlangsung sejak awal tahun 2019 lalu, bisa jadi menjadi sebuah pelajaran berharga bagi kita semua untuk menyiapkan pendidikan di masa mendatang. Oleh karena itu, masa pandemi ini seharusnya menjadi masa untuk kita semua (termasuk guru) untuk terus mengembangkan dan mencoba berbagai metode pembelajaran yang tepat untuk mempersiapkan pendidikan di masa yang akan datang. Sangat mungkin terjadi pembelajaran di masa yang akan datang akan banyak dipengaruhi oleh pengalaman-pengalaman yang kita peroleh di masa pandemi ini.

Bagaimana cara kita (guru) mengembangkan berbagai metode pembelajaran di masa pandemi ini? Penelitian Tindakan Kelas (PTK) di masa pandemi menjadi salah satu jawaban ilmiah untuk pertanyaan tersebut. Apakah bisa guru melakukan PTK di masa pandemi? Semula hal ini menjadi hal yang tidak mungkin dilakukan oleh guru di masa pandemi. Tetapi belakangan terjadi perkembangan yang membolehkan kegiatan tersebut tetap bisa dilakukan di masa pandemi seperti saat ini.

“Bagaimana guru dapat mengembangkan metode pembelajaran jika PTK di masa pandemi dilarang?”, demikian kata seorang profesor yang juga rektor sebuah perguruan tinggi di Jawa Tengah. PTK di masa pandemi tetap bisa dilakukan oleh guru, dengan catatan semua proses pembelajaran yang dilakukan guru dapat tejamin dapat diamati. Yang tidak bisa itu jika proses pembelajaran yang dilaksanakan guru secara daring, tetapi perilaku siswanya tidak bisa diamati. Sebagai contoh, pada saat proses pembelajaran, fasilitas video dimatikan semua. Begitu penjelasan lebih lanjut dari sang profesor.

Setelah masa pandemi ini, kelak revolusi industri 4.0 akan tetap dan terus berlangsung. Dunia pendidikan akan banyak dipengaruhi dan sebagian besar akan mengalami perubahan dan perkembangan. Jika saat ini tidak ada guru yang mencoba mengembangkan metode-metode pembelajaran melalui kajian ilmiah seperti PTK, bagaimana mungkin nanti guru akan bisa melakukan pembelajaran yang sesuai dengan zaman?

Seorang profesor dari sebuah perguruan tinggi lain di Jawa Tengah mengatakan, “Kelak akan sangat mungkin muncul banyak sekolah atau lembaga pendidikan yang dikelola oleh orang yang tidak memiliki latar belakang pendidik”. Siapa yang menyangka saat ini banyak muncul restoran yang dikelola oleh orang yang tidak memiliki latar belakang bisnis tersebut? Demikian sang profesor menggambarkan hal yang mungkin akan terjadi juga di dunia pendidikan, seperti berkembangnya bisnis-bisnis online saat ini.

Kelak akan sangat mungkin terjadi, seorang siswa terdaftar di sekolah A, tetapi bisa mengikuti proses pembelajaran di sekolah B, sekolah C, dan seterusnya. Begitu sang profesor pertama menambahkan penjelasan tentang kemungkinan yang bisa terjadi pada dunia pendidikan di masa mendatang. “Saat ini sudah mulai terjadi hal yang demikian di beberapa perguruan tinggi di Indonesai”, demikian tambhanya meyakinkan.

Disamping dipengaruhi oleh laju revolusi industri 4.0, pendidikan di mas mendatang juga dipengaruhi oleh benturan peradaban sebagai dampak globalisasi. Diprediksi sekitar 14,2 juta tenaga kerja cakap akan berimigrasi antar negara ASEAN. Hal lain yang juga memengaruhi pendidikan masa mendatang yaitu peningkatan daya saing SDM, yang diperkirakan sekitar 58 juta tambahan tenaga kerja cakap di tahun 2030. Dari sisi siswa, hal yang sangat memengaruhi pendidikan masa mendatang adalah karakteristik generasi milenial (ZGen) sebagai pembelajar yang cepat dan cerdas melalui berbagai media sosial digital.

Karakteristik ZGen perlu mendapat perhatian lebih bagi para guru dalam mencoba dan mengembangkan metode pembelajarannya. Walaupun diprediksi kelak akan banyak sekolah yang tidak dikelola oleh orang dengan latar belakang pendidik, namun guru akan tetap dan terus memiliki peran penting di dalamnya. Pengembang metode pembelajaran akan tetap menjadi bagian dari guru pada setiap zamannya.

Masa pandemi yang masih terus berlangsung hingga saat ini harus kita (guru) tangkap sebagai sebuah kesempatan yang diberikan oleh Allah Tuhan yang Maha Kuasa untuk bersiap dan menyiapkan menghadapi pendidikan di masa mendatang. Pengembangan berbagai metode pembelajaran melalui berbagai cara, termasuk melalui kajian-kajian ilmiah seperti PTK seharusnya menjadi ladang bagi kita (guru). Dengan demikian, kelak kita akan siap dan benar-benar bisa melaksanakan tugas mendidik anak-anak yang benar-benar sesuai dengan zamannya, sesuai pesan saah seorang Sahabat Nabi yang saya sampaikan di awal tulisan ini.

24 Januari 2021

KEKUATAN TERIMA KASIH

Yuliyanto


Sekitar dua bulan yang lalu saya menerima pesan whatsapp seorang teman yang juga sesepuh di sebuah unit kerja di mana saya pernah diberikan kesempatan singgah. Terdapat beberapa pesan yang disampaikan, tetapi saya ingat dan sangat tertarik dengan sebuah kalimat, “Pak Yuli selalu dengan sangat ringan menyampaikan kata ‘terima kasih’. Saya akan mencoba meniru apa yang Pak Yuli lakukan itu”. Pada saat membaca pesan waktu itu hampir tidak ada pikiran, mengapa teman yang juga saya anggap sesepuh itu memiliki kesan yang mendalam dengan kata “terima kasih” yang menurutnya sering saya lakukan.

Sumber: Koleksi pribadi

Belakangan kalimat dalam pesan itu kembali muncul di pikiran saya. Kebetulan beberapa minggu yang lalu, bersama dua orang teman saya main ke sebuah toko buku ternama di Semarang. Hal yang sudah sangat lama tidak atau sangat jarang saya lakukan setelah tidak tinggal di kota tersebut. Saat memasuki toko buku, pandangan saya sudah tertarik dengan sebuh buku yang dipajang, berjudul “berani tidak disukai”. Eentah mengapa judul buku itu sangat mengganggu pikiran saya. Hingga setelah merasa cukup mengambil beberapa buku, akhirnya buku dengan judul itu pun saya ambil dan saya bawa ke kasir untuk ikut serta dibungkus.

Keeseokan harinya baru saya sempat membuka dan membacanya. Hal pertama yang saya lihat dan belum pernah saya baca dari buku-buku sebelumnya adalah penyajiannya. Muatan konsep pengetahuan tentang psikologi dalam buku itu disajikan dalam bentuk dialog antara dua orang, yang dalam buku itu disebut dengan “PEMUDA” dan “FILSUF”. Cara penyajian yang seperti inilah yang mungkin membuat para pembaca, termasuk saya memiliki keinginan untuk terus meneruskan membacanya hingga selesai. Beberapa hari saat buku itu saya bawa ke sebuah pertemuan, seorang teman pun mengambilnya, membuka, dan membacanya beberapa halaman. Saat mengembalikan pun dia berkomentar, “Setiap kalimat dalam buku itu perlu dipikirkan sejenak untuk bisa memahaminya. Tetapi penyajian buku ini sangat bagus dan menarik”.

Lalu apa hubungannya buku itu dengan judul dan kalimat pengantar tulisan ini? Baiklah, di dalam buku ini membahas sebuah topik yang berkaitan dengan kata “terima kasih”, seperti saya gambarkan di awal tulisan. Di bagian dialog antara Pemuda dan Filsuf pada malam keempat, dengan judul “Bagaimana Cara Merasakan Bahwa Engkau Berarti”, sang Filsuf menyampaikan jawaban atas pertanyaan Pemuda mengenai “kontribusi”, sebuah penekanan besar dalam teori psikologi Adler. “Hanya ketika seseorang mampu merasakan bahwa dirinya berhargalah dia bisa memiliki keberanian”, demikian kalimat Filsuf dalam buku tersebut. Lantas apa hubungannya kalimat ini dengan kata “terima kasih”?

Di situlah letak jawaban atas pikiran saya terkait dengan pernyataan teman yang juga sesepuh yang saya sampaikan di awal tadi. Kata “terima kasih” yang--katanya selalu saya sampaikan, merupakan sebuah kata yang membuat teman yang juga sesepuh itu merasa dihargai. Kata itu rupanya yang menjadikan dirinya lebih berharga, karena tidak sedang diposisikan dalam konteks hubungan antara atasan dan bawahan atau penilai dan yang dinilai, tetapi dalam posisi yang setara—walaupun tidak sama. Dengan demikian, dia merasaka bahwa dirinya berharga sehingga lebih memiliki keberanian untuk menghadapi dan menjalankan tugas-tugasnya dengan lebih baik.

Penghargaan, dalam arti menjadikan seseorang menjadi berharga dan merasa dihargai menjadi kebutuhan setiap individu dalam hubungannya dengan orang lain di masyarakat secara luas. Benarkah demikian? Baiklah saya berikan sebuah contoh kasus yang pernah saya temui, bahwa seseorang itu memerlukan penghargaan, sekalipun hanya berupa ucapan “terima kasih”. Suatu ketika saya menyampaikan postingan di sebuah grup, seperti biasa saya lebih memilih mengawali dengan pilihan kata “terima kasih”, atas partisipasi aktif anggota grup itu memenuhi kesepakatan yang telah kita sampaikan sebelumnya. Beberapa saat kemudian, seorang teman—yang merasa sudah memenuhi kesepakatan tetapi tidak tercantum namanya pada daftar menyampaikan, “kok saya tidak diberi ucapan terima kasih?” Bukankah ini sebuah bukti bahwa kita semua memerlukan penghargaan dengan kata itu?

Sebuah kata sederhana tetapi ternyata memiliki dampak atau kekuatan yang luar biasa bagi seseorang yang menerimanya. Hanya dengan memberikan kata tersebut bisa menjadikan kita menjadi lebih berharga atau dihargai. Dengan merasa lebih berharga atau dihargai, seseorang akan menjadi bisa menerima dirinya sendiri apa adanya, dan karenanya akan memiliki keberanian melaksanakan tugas-tugasnya dalam konteks yang luas. Oleh karenanya, tidak ada jeleknya kita selalu membiasakan menyampaikan kata tersebut—dengan ihlas sebagai sebuah bentuk penghargaan kepada orang lain dalam rangka memposisikan hubungan kesetaraan—sekali lagi walaupun tidak sama dalam konteks yang sangat luas.

22 Januari 2021

GLS MENJAWAB TANTANGAN AKM

Yuliyanto


Gencarnya pemberitaan tentang akan dilaksanakannya Asesmen Kompetensi Minimal (AKM) membuat berbagai pihak yang terlibat langsung berupaya menyiapkan melalui berbagai cara. Seperti sudah diketahui dan mungkin dipahami oleh khalayak umum, bahwa AKM mengukur dua kompetensi mendasar, yaitu literasi membaca dan literasi numerasi. Merujuk pada buku “AKM dan Implikasinya pada Pembelajaran” yang diterbitkan oleh Kemdikbud, literasi membaca dimaknai sebagai kemampuan seseorang untuk memahami, menggunakan, mengevaluasi, dan merefleksikan berbagai jenis teks tertulis. Adapun literasi numerasi dimaknai sebagai kemampuan seseorang untuk berpikir menggunakan konsep, prosedur, fakta, dan alat matematika untuk menyelesaikan masalah sehari-hari.

Sumber: Koleksi pribadi

Rencana awal, pemerintah akan melaksanakan AKM pada bulan April 2021 ini. Namun belakangan beredar informasi dari pemerintah bahwa pelaksanaan kegiatan tersebut akan diundur pada bulan September 2021. Informasi ini hampir tidak menggoyahkan upaya berbagai pihak dalam menyiapkan pelaksanaan kegiatan tersebut. Berbagai webinar tentang AKM dan/ atau berbagai program lainnya di sekolah untuk menyambut AKM terus berlangsung dengan penuh gairah. Tawaran buku-buku tentang AKM dari berbagai penerbit pun mulai meramaikan pasaran. Pun di ruang-ruang guru tidak ketinggalan pembahasan dengan topik seputar literasi yang menjadi inti dari AKM.

Literasi, baik membaca maupun numerasi merupakan sebuah keterampilan. Seperti berbagai keterampilan lainnya, cara terbaik melatihnya adalah melalui kegiatan atau aktivitas yang berkaitan langsung dengan membaca dan/ atau numerasi. Keterampilan ini tidak bisa diwujudkan hanya dengan cara instan melalui metode drilling. Cara yang dipandang lebih tepat untuk mewujudkan hal ini yaitu melalui sebuah kegiatan pembiasaan atau habituasi. Hal ini sejalan dengan pendapat seorang nara sumber dalam sebuah webinar tentang AKM, menanggapi pertanyaan seorang peserta, bahwa “pembiasaan merupakan cara yang paling tepat untuk menyiapkan AKM”.

Lebih lanjut nara sumber itu menambahkan alasan mengapa kegiatan pembiasaan dipandang sebagai cara yang tepat mengadapi AKM. “Karena soal-soal AKM tidak berbasis kompetensi dasar (KD), tetapi berbasis tema”, demikian  nara sumber yang juga sebagai salah seorang dari pusmenjar kemdikbud yang ikut menggagas lahirnya AKM tersebut menyampaikan secara jelas dan tegas. Hal ini bisa dimaknai bahwa soal-soal AKM kurang tepat disajikan dalam proses pembelajaran di kelas pada satu mata pelajaran tertentu saja. Proses pembelajaran di setiap mata pelajaran hanya sebagai jembatan untuk memfasilitasi siswa agar mampu menyelesaikan permasalahan berbasis tema dalam AKM, yaitu melalui pengintegrasian higher order thinking skills (HOTS) di dalamnya.

Pertanyaan yang mungkin muncul yaitu “pembiasaan seperti apa yang bisa menjawab tantangan AKM?” Menurut saya, gerakan literasi sekolah (GLS) merupakan jawaban yang paling tepat untuk pertanyaan tersebut. Tentu saja, agar benar-benar dapat menjawab tantangan AKM, bentuk kegiatan dalam gerakan ini yang sejalan dengan tujuan dari AKM itu sendiri, yaitu untuk mengukur kemampuan listerasi membaca dan numerasi. Satuan pendidikan dapat merancang GLS ini melalui kegiatan pembiasaan, memanfaatkan waktu sekitar 15 – 30 menit sebelum proses pembelajaran jam pertama di kelas, dengan rutin setiap hari memberikan sebuah soal yang memnuhi kriteria soal AKM. Agar nuansa gerakan itu lebih kelihatan nyata, kegiatan ini dapat diatur dengan melibatkan guru dalam penyusunan soal, dan juga melakukan kegiatan pembiasaan seperti yang dilakukan oleh siswa. Lebih baik lagi jika kegiatan pembiasaan ini menjadi menu wajib bagi seluruh warga sekolah.

Alternatif bentuk kegiatan tersebut memiliki beberapa keuntungan, baik dari sisi siswa maupun guru. Dari sisi siswa, dengan setiap hari dibiasakan setiap pagi untuk mengerjakan sebuah soal, dalam waktu sebulan saja setidaknya mereka telah terlatih dan terbiasa membaca dan merefleksikannya dalam memcahkan permasalahan yang diajukan. Dengan demikian harapannya siswa akan menjadi terbiasa, yang pada akhirnya akan tumbuh menjadi sebuah budaya membaca dan merefleksikannya dalam bertindak untuk memecahkan permasalahan yang dihadapi sehari-hari. Selain hal itu, pembiasaan pada waktu 15 – 30 menit sebelum mulai proses pembelajaran pada jam pertama ini akan mengondisikan kesiapan siswa untuk mengikuti proses pembelajaran pada jam pertama. Kondisi ini akan menjadi salah satu faktor positif keberhasilan proses pembelajaran hari itu. Ibarat seorang atlit olahraga yang akan bertanding, kegiatan tersebut merupakan sebuah kegiatan pemanasan untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan, seperti cidera.

Selanjutnya pelibatan guru dalam kegiatan pembiasaan tersebut juga bisa berdampak positif dalam gerakan tersebut. Kegiatan penyiapan soal yang melibatkan seluruh guru dengan jadwal tertentu akan lebih cepat meningkatkan pemahaman dan keterampilan guru terhadap soal-soal AKM. Adapun pelibatan guru dalam kegiatan pembiasaan seperti yang dilakukan siswa, akan meningkatkan keterampilannya dalam berliterasi dan berpikir tingkat tinggi (HOTS) yang menjadi salah satu keterampilan berpikir yang harus ditransfer kepada siswa. Akhirnya, peibatan guru dan siswa serta seluruh komponen satuan pendidikan itu, diharapkan dapat menumbuhkan budaya literasi yang tinggi, dan pada akhirnya akan menjelma menjadi sebuah sistem yang literate. Dengan demikian, sindiran seperti kalimat “gerakan literasi dalam sistem yang tidak literate” tidak akan pernah ada lagi.

10 Januari 2021

SILATURAHIM INTELEKTUAL

 Yuliyanto

Silaturahim – sebagian besar ada yang menyebut dengan istilah silaturahmi, merupakan diksi yang sering digunakan untuk menggambarkan sebuah hubungan persahabatan atau persaudaraan. Saya lebih memilih kata silaturahim karena memiliki makna yang lebih mendalam dalam hubungan tersebut. Hal ini sejalan dengan yang disampaikan oleh seorang pembicara dalam sebuah acara halal bihalal – seperti pernah saya sampaikan dalam tulisan sebelumnya, bahwa bersilaturahim memiliki makna mengikat atau menjalin tali persahabatan atau persaudaraan seperti eratnya saudara kandung. Adapun bersilaturahmi dijelaskan dalam ceramah tersebut sebagai aktivitas mengikat atau menjalin tali persaudaraan seperti eratnya saudara sepupu. Merujuk keduanya, bukankah silaturahim memiliki makna yang lebih mendalam?


Sumber: Koleksi pribadi

Pemilihan diantara kedua kata tersebut selanjutnya terserah Anda – yang jelas keduanya memiliki makna yang baik, yaitu mengikat atau menjalin tali persahabatan atau persaudaraan. Anda memiliki kebebasan penuh untuk memilih salah satu diantaranya dalam penggunaannya sebagai upaya menjalin persahabatan atau persaudaraan. Banyak cara atau kegiatan yang dapat diniatkan untuk bersilaturahim. Bahkan hampir semua ativitas kita yang melibatkan hubungan secara individu atau kelompok selalu kita awali dengan niat bersilaturahim. Oleh karenanya tidak mengherankan pilihan kata itu selalu dipilih dan digunakan untuk mengawali berbagai kegiatan yang melibatkan hubungan secara individu maupun kelompok.

Selanjutnya kata intelektual seperti kita pahami bersama, dapat dimaknai sebagai hal yang menyangkut sebuah pemikiran atau pemahaman terhadap ilmu pengetahuan. Oleh karena itu yang dimaksud dengan silaturaim intelektual dalam tulisan ini, yaitu sebuah kegiatan menjalin tali persahabatan atau persaudaraan melalui pemikiran atau pemahaman bersama terhadap pengetahuan yang dilakukan secara individu maupun kelompok. Pengetahuan dalam hal ini sangat luas dan bisa berhubungan dengan apa saja. Melalui kegiatan ini memungkinkan kita untuk memperoleh banyak hal. Merujuk pada pengertian silaturahim intelektual tersebut, setidaknya kita bisa menyebut dual hal yang dapat kita peroleh secara langsung, yaitu makin eratnya hubungan persahabatan atau persaudaraan serta bertambahnya pengetahuan.

Terdapat banyak ragam bentuk kegiatan yang bisa dijadikan sebagai media silaturahim intelektual. Kegiatan diskusi membahas pengetahuan tertentu, secara langsung maupun tidak langsung merupakan salah satu contoh bentuk kegiatan yang bisa menjadi media silaturahim intelektual. Dalam lingkup yang lebih luas, kegiatan seperti pelatihan, workshop, seminar dan sejenisnya merupakan bentuk-bentuk kegiatan yang bisa menjadi media silaturahim intelektual bagi semua komponen yang terlibat. Oleh karenanya agar kita dapat memperoleh banyak manfaat, tidaklah berlebihan apabila kita meniatkan diri dengan silaturahim dalam kesempatan mengikuti kegiatan-kegiatan seperti itu. Dengan demikian, kita tidak saja akan memperoleh pengetahuan sesuai topik yang diusung, tetapi manfaat dan berkah dalam berbagai bentuk yang timbul dari niat silaturahim.

Di era digital seperti saat ini teknologi informasi sangat membantu kita untuk bisa melakukan silaturahim intelektual tanpa dibatasi oleh dimensi ruang dan waktu. Seorang teman menguatkan hal itu melalui pernyataan perpisahannya dengan sebuah kalimat, “Jarak bukan penghalang untuk selalu menjalin silaturahim”. Kecanggihan teknologi informasi memungkinkan kita melakukan kegiatan tersebut di dalam ruang yang berbeda pada waktu yang bersamaan. Melalui berbagai media sosial semua hal tersebut bisa dilakukan dengan sangat mudah. Hampir semua media sosial menyediakan fasilitas untuk bisa saling berkomunikasi antar individu, dan ini bisa dimanfaatkan sebagai media silaturahim secara umum – termasuk di dalamnya silaturahim intelektual. Fasilitas grup yang ditawarkan oleh berbagai media sosial pun bisa kita manfaatkan untuk memperkuat silaturahim intelektual.

Saya sangat gembira dan bersyukur diberikan kesempatan untuk bisa memanfaatkan media sosial sebagai media silaturahim intelektual, baik secara perorangan atau kelompok. Mengapa demikian? Menjadi pilihan sebagai partner diskusi melalui -- media sosial, walaupun mungkin bukan yang utama, merupakan sebuah kesempatan bagi saya untuk dimanfaatkan sebagai media mempererat tali persahabatan atau persaudaraan, sekaligus memperluas wawasan dan pengetahuan dari topik diskusi yang disepakati. Kontak yang terjadi – melalui media soail, bisa menjadi media untuk mempererat tali persahabatan atau persaudaraan walaupun masing-masing dalam dimensi ruang yang berbeda, dalam arti terpisah oleh jarak. Adapun topik diskusi yang disepakati bisa menjadi sarana untuk menambah atau memperluas pengetahuan atau wawasan.

Tulisan ini pun harus saya akui sebagai salah satu dampak dari silaturahim intelektual. Berawal dari sebuah pelatihan daring, dibentuklah sebuah grup sebagai media untuk menyampaikan tagihan-tagihan yang harus diselesaikan. Di situ banyak berkumpul teman dan para pakar di bidangnya. Setiap tagihan yang disampaikan menjadi bahan diskusi semua anggota untuk saling memberikan komentar dan / atau penilaian serta penguatan-penguatan agar semua berkembang menjadi lebih baik. Dengan mengikuti kegiatan dan bergabung di grup tersebut saya menjadi mengenal banyak teman dan guru serta para pakar yang sebelumnya tidak saya kenal. Ini berarti melalui kegiatan tersebut saya telah mendapat banyak teman atau saudara. Melalui komentar dan diskusi itu saya menjadi lebih bertambah pengetahuan dan wawasannya. Dengan silaturahim intelektual kita akan memperoleh tambahan teman atau saudara dan wawasan atau pengetahuan. []

INFO REDAKSI

Mulai saat ini, serial tulisan "Menjadi 'GOBLOK' Dalam Kesibukan" tayang juga di blog ini. Semua tulisan dalam serial ini diambil dari tulisan yang sama di catatan dan dinding facebook saya. Silahkan beri penilaian: Bermanfaat, Menarik, atau Menantang di bawah artikel yang sesuai. Bagi pengguna facebook masih tetap bisa membacanya melalui link: https://www.facebook.com/mr.yulitenan