TERIMA KASIH TELAH BERKUNJUNG KE "PRO EDUKASI"

20 Desember 2020

MENGGALI POTENSI WUJUDKAN MIMPI

Yuliyanto


“Saya lebih memilih untuk merawat banyak pasien daripada harus mendampingi dua anak saya belajar jarak jaruh dari rumah”, demikian cerita seorang ibu dua anak yang berprofesi sebagai perawat. Cerita itu muncul saat hari ini kami dalam satu kendaraan pada sebuah perjalanan menuju lapangan sepak bola. Ya, kebetulan kami sama-sama menjadi orangtua/wali siswa di sebuah sekolah sepak bola (SSB) yang hari ini akan melakukan pertandingan persahabatan dengan SSB lain.

Cerita ibu tadi merupakan sebagian kecil dari dampak pembelajaran jarak jauh yang sudah berlangsung hampir setahun karena masih terus berlangsungnya masa pandemi covid-19. Komentar tersebut menunjukkan bahwa sebuah pekerjaan yang tidak dilakukan oleh orang yang ahli di bidangnya, cenderung akan menimbulkan ketidaknyamanan dalam melaksanakannya. Guru pun pasti akan berkomentar yang sama dengan ibu tadi, jika harus merawat seorang pasien saja. Guru, perawat, atau profesi apa pun memiliki tugas masing-masing sesuai keahliannya yang diperoleh dari proses pendidikan yang ditempuhnya.

Pendidikan pada setiap jenjang memiliki visi, misi, dan tujuan masing-masing yang dijabarkan dari standar yang telah ditetapkan. Semua itu bermuara ke satu tujuan seperti ditetapkan dalam tujuan pendidikan nasional, yaitu berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Merujuk pada tujuan ini, setiap lembaga pendidikan harus memfasilitasi berkembangnya potensi peserta didik melalui berbagai kegiatan dalam proses pembelajaran dalam arti yang luas.

Bebragai kegiatan yang dilaksanakan ini merupakan bagian dari aksi sebagai sebuah upaya untuk mewujudkan tujuan tersebut. Tanpa aksi yang nyata dan dilakukan terus menerus tanpa mengenal lelah, niscaya berbagai potensi peserta didik dapat berkembang secara optimal. Jika hal ini terjadi maka tujuan yang sangat mulia itu akan sulit diwujudkan. Hal ini sejalan dengann nasehat bijak Marilyn King, sukses itu merupakan kombinasi dari tiga komponen yaitu tujuan, aksi, dan semangat. Tujuan tanpa diikuti sebuah aksi dengan penuh semangat hanya akan melahirkan sebuah mimpi yang tidak akan pernah terwujud.

Ada kalanya berbagai potensi peserta didik itu harus digali terlebih dahulu untuk memunculkan dan kemudian mengembangkannya. Hal ini hanya bisa dilakukan dengan berbagai program dan aktivitas nyata yang mampu memfasilitasi anak mengembangkan potensi yang dimiliki sesuai dengan bakat dan mintanya saat ini. Mengapa demikian? Seorang guru saya di SMA pernah menyampaikan bahwa setiap individu dibekali berbagai macam bakat, tetapi hanya bakat-bakat tertentu yang akan berkembang secara optimal pada waktunya. Berkembang optimalnya bakat ini sangat dipengaruhi oleh minatnya, dan hal ini terus bergerak serta sangat mungkin berubah-ubah seiring perjalan waktunya.

Sumber: Koleksi Pribadi

Bidang tertentu yang saat ini diminati seorang anak belum tentu kelak akan menjadi bidang yang digeluti sebagai profesinya. Sering kita jumpai, dan bahkan mungkin kita sendiri mengalaminya, seorang anak yang pada waktu itu sangat berminat di bidang menyanyi misalnya, tetapi saat ini dia tidak menekuni bidang tersebut sebagai profesinya. Pun dengan berbagai bidang lain, sering terjadi tidak sesuai dengan bidang yang dulu diminatinya. Inilah yang menunjukkan bahwa minat seseorang itu bisa berubah-ubah seiring perjalanan waktu, dan akan berkembang optimal pada saatnya.

Bahkan banyak pula contoh kasus yang terjadi, di mana anak yang pada waktu itu berkemampuan biasa-biasa saja, tetapi sekarang tumbuh dan berkembang menjadi luar biasa, atau sebaliknya. Itulah sebabnya mengapa kita tidak boleh menghakimi anak sebagai “anak bodoh”, “tidak mampu”, dan sejenisnya. Seorang teman menceritakan cara dia menasehati keponakannya, bahwa “orang yang slengekan semasa mudanya itu belum tentu slengekan selamanya”. Dia kemudian menunjukkan contoh seorang temannya yang dulu waktu sekolah seenaknya, tetapi sekarang menjadi sebaliknya. Oleh karenanya, sebaik-baik yang harus kita lakukan adalah terus berusaha, seperti pesan nasehat “orang tua berambut putih” dalam kuliah filsafatnya.

“Anak itu terus berkembang dan akan mencapai puncaknya pada saatnya nanti”, demikian saya sampaikan kepada ibu yang seorang perawat tadi, saat melanjutkan ceritanya, bahwa anaknya yang dulu waktu SD selalu meraih peringkat pertama, tetapi hingga sekarang belum bisa meraihnya kembali. Untuk itulah pemantauan dan evaluasi perlu terus dilakukan dalam setiap pelaksanaan sebuah program atau kegiatan. Pemantauan berkaitan dengan kesesuaian antara rencana dan pelaksanannya. Adapun evaluasi berkaitan dengan catatan kelebihan atau kekurangan yang muncul dalam pelaksanaan sebuah program atau kegiatan. Hal ini untuk mengetahui keberhasilan, efetifitas, dan efisiensi dari pelaksanaan program atau kegiatan sebagai bagian tak terpisahkan dari upaya mewujudkan mimpi.

06 Desember 2020

CATATAN SEPULUH NOVEMBER

 Oleh: Yuliyanto


Bagi bangsa Indonesia, Sepuluh November memiliki nilai sejarah tersendiri. Hal ini karena pada tanggal itu ditetapkan sebagai Hari Pahlawan melalui Keputusan Presiden Nomor 316 Tahun 1959 tertanggal 16 Desember 1959. Pertempuran Surabaya yang melibatkan para tentara Indonesia dalam melawan penjajah merupakan hal yang melatarbelakangi penetapan tanggal tersebut sebagai Hari Pahlawan.

Tanpa bermaksud mengesampingkan hari bersejarah tersebut, dalam tulisan ini saya akan fokus pada catatan tentang perjalanan pengabdian yang secara kebetulan terjadi bersamaan dengan peringatan Hari Pahlawan Sepuluh November. Hal ini berkaitan dengan ditetapkannya sebuah keputusan tentang alih tugas sebagai bagian dari perjalanan pengabdian ini. Seperti waktu sebelumnya acara pembacaan keputusan tersebut didahului dengan penerbitan dan penyampaian undangan yang dilakukan secara mendadak mendekati hari pelaksanaan.

Sumber: Koleksi Pribadi

Kali ini pun demikian, undangan untuk acara tersebut beredar sehari sebelumnya dimana pada saat itu tidak ada tanda-tanda atau firasat khusus akan ada peristiwa itu, walaupun dalam beberapa waktu sebelumnya telah menjadi bahan pembicaraan oleh beberapa kalangan. Demikian pula dengan yang saya alami, waktu itu saya pun melaksanakan aktivitas seperti biasa. Sesuai dengan agenda yang telah direncanakan, pagi hari saya memenuhinya di tempat pertama dimana telah memasuki tahun keempat saya ditugaskan. Siang harinya saya pun memenuhi agenda yang sama yang telah direncanakan di tempat tugas kedua dimana saya diberikan tugas tambahan sejak lima bulan sebelumnya.

Hampir selama kegiatan di tempat kedua itu saya tidak membuka gadget, agar bisa lebih fokus pada kegiatan saat itu. Begitu selesai melaksanakan kegiatan baru saya mulai membuka gadget, dan ternyata telah banyak informasi melalui pesan masuk dan bahkan beberapa panggilan yang tidak terjawab. Hampir semua berisi tentang hal yang sama, yaitu informasi berkaitan dengan undangan pelantikan yang akan dilaksanakan pada tanggal Sepuluh November esok harinya.

Tidak ada perasaan ataupun pikiran yang istimewa terlintas pada saat itu. Bahkan ketika seorang guru yang saat ini menjadi teman sejawat mengirimkan pesannya, “Selamat Pak ... semoga amanah dan berkah di ....” dengan menyebut sebuah tempat di mana saya pernah mengabdikan diri sekitar empat tahun silam. Merespon pesan tersebut saya pun menjawab singkat, “Weh ... saya belum tahu Pak”, dan beliau pun membalasnya lagi dengan penuh keyakinan, “Feeling saya Pak ... semoga pas begitu”. Kemudian saya pun mengakhiri pembicaraan dengan mengirimkan pesan, “Saya masih harus banyak belajar dengan Njenengan dan para senior lainnya”.

Sepuluh November keesokan harinya kami memenuhi undangan sesuai ketentuan yang tercantum di dalamnya. Hampir sepanjang acara tidak ada peserta yang mengakses gadget, disamping memang dilarang oleh panitia semua khusyu mendengarkan proses pembacaan keputusan. Sesaat setelah proses selesai, tanpa ada komando pun semua mulai mengakses gadget masing-masing. Seperti biasa terjadi, peristiwa ini pun memunculkan dua suasana yang berbeda, sedih dan gembira. Nuansa baper pun mulai mewarnai sesaat setelah pembacaan keputusan tersebut.

Salah seorang teman di tempat yang baru sekitar lima bulan saya berada di situ, mengirimkan pesan whatsapp dengan tiga huruf saja, “Pak”. Saya pun hanya membacanya tanpa merespon lebih lanjut saat itu. Yang ada di pikiran saya harus segera pulang, bukan karena sedih atau gembira tetapi karena kebetulan waktu itu saya secara fisik baru kurang fit kondisinya.

Setelah istirahat dan kondisi badan memungkinkan baru saya mencoba merespon pesan teman tersebut. Itu pun saya lakukan dengan sangat singkat, “Pripun Bu?”, mencoba memastikan apa maksud dari pesan tiga huruf yang sebelumnya dikirim. Hampir sekitar empat jam baru dia menjawab dengan icon orang menangis diikuti beberapa kalimat yang menggambarkan perasaan baper-nya. “Dingapunten, tasih speechless kulo Pak. Dan kembali untuk yang ketiga kalinya, saya minta ijin suami untuk diperbolehkan kalau tiba-tiba menangis ...”.

Saya pun mulai terbawa ke nuansa baper, tetapi saya berusaha merespon dengan kalimat yang mendinginkan suasana.


Ya Bu ...

Perasaan saya pun sama di hati yang paling dalam ...

Sama sekali tidak pernah berpikir akan secepat ini ...

Yang saya pikirkan ketika ada undangan adalah hanya pengukuhan saja untuk definitif di tempat ini ...

Tapi semua di luar kemampuan saya (kita) ...

Semua pasti akan membawa hikmah terbaik dari-Nya ...

Kita semua akan tetap menjadi bagian dari keluarga ...

Walaupun jauh (secara fisik) tetapi ikatan keluarga akan mendekatkan kita semua ...

Tetap semangat berkarya untuk anak-anak bangsa ...

Demikian saya membalas cukup panjang agar suasana menjadi netral kembali. Seperti tidak atau belum menerima jawaban saya, dia pun membalas lagi, “it’s so hard to say that I’m okay, I am really really down ... Need much time to rise up, Pak. And I believe many friends in here feel the same”.

Hari pun terus berganti dan tibalah saatnya secara kedinasan saya harus berpamitan untuk segera digantikan dengan yang baru masuk. Melalui grup kedinasan saya sampaikan kalimat cukup panjang dan formal.


Bapak/Ibu Guru dan Karyawan yang saya hormati ...

Dengan telah berakhirnya masa bakti kedinasan saya, dan telah dilaksanakannya serah terima jabatan, dengan segala kerendahan hati tanpa mengurangi rasa kekeluargaan yang telah terbangun selama ini, mohon ijin saya keluar dari grup kedinasan ini, untuk selanjutnya digantikan oleh yang baru.

Terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya untuk seluruh Bapak/Ibu yang selama ini telah berjuang bersama dalam bingkai komunikasi dan kolaborasi yang sangat baik.

Mohon maaf atas segala kekurangan dan kesalahan saya dan keluarga selama ini.

Saya tetap merasa menjadi bagian dari keluarga besar ini dan masih sangat terbuka untuk tetap memperkuat sillaturrahim melalui cara dan media yang lain.

Selamat melanjutkan perjuangan Bpak/Ibu semua. Semoga senantiasa sehat, kompak, dan sukses dalam setiap kegiatan. Aamiin ...

Beberapa saat kemudian saya pun keluar dari grup kedinasaan. Sempat beberapa teman merespon kalimat saya dengan kalimat yang bernuansa hampir sama. Berikut ini beberapa yang sempat saya baca dan dokumentasikan.


“Terima kasih bimbingan, arahan, dan kerjasamanya. Mohon maaf atas salah dan khilaf. Semoga Bapak pinaringan sehat dan sukses dalam menjalankan tugas, memimpin di tempat yang baru”.

 

 “Terima kasih Pak Yuli, semoga makin sukses dan sehat selalu”.

 

Matur nuwun atas segala bimbingan dan ilmu yng Bapak tularkan kepada kami. Semoga Bapak selalu diberikan kesehatan dan kesuksesan. Mohon maaf khilaf yang disengaja maupun tidak disengaja. Doa kami menyertai Bapak”.

 

“Terima kasih bimbingannya Pak Yuli. Mohon maaf atas segala kesalahan kami. Semoga Bapak diberikan kesehatan dan kesuksesan di manapun berada”.

 

“Terima kasih untuk tiga tahunnya Pak. Mohon maaf jika ada salah dan khilaf kami, semoga Bapak dan keluarga selalu dalam lindungan-Nya, dan selalu dimudahkan segala urusannya di manapun Bapak bertugas. Aamiin”.

Ada pula yang mengekspresikan dengan cara lain, tidak menyampaikannya melalui pesan di grup atau japri, tetapi memasangnya di status whatsapp, “Walau singkat tetapi sangat bermakna. Terima kasih atas ilmu, motivasi, dan arahannya, semoga selalu sukses di tempat yang baru”. Sebenar-benarnya, saya bahkan tidak pernah merasa melakukan hal-hal seperti diungkapkan oleh beberapa teman seperti dalam kalimat-kalimat tersebut.  

Semoga hal itu menjadi penanda bahwa jalinan sillaturrahiim dan ikatan kekeluargaan masih dan akan tetap terus ada tanpa dipengaruhi oleh dimensi jarak dan waktu. Karena sesungguhnya hal tersebut merupakan hal biasa bagi seorang pengabdi negara. Saya tutup catatan ini dengan kutipan pesan salah seorang anggota komite merespon kalimat yang juga saya sampaikan kepadanya.


Yth. Bapak Yuliyanto ...

Mutasi adalah hal yang wajar bagi seorang pegawai.

Saya yakin Pak Yuli mutasi karena prestasi yang telah diraih dan juga karena kepentingan dinas.

Untuk itu kami mengucapkan selamat berjuang di tempat yang baru.

Saya doakan semoga kerasan kewarasan dan membawa perubahan yang lebih baik di tempat yang baru.

Hubungan yang selama ini terjalin semata-mata karena panggilan hati yang tulus kita sebagai umat beragama dan adanya komitmen untuk menyumbangkan tenaga dan pikirannya sebagai komite.

Walau kami sudah berusana untuk yang terbaik, tetap ada dan banyak kekurangannya, untuk itu kami mohon maaf.

Mari kita jalin komunikasi yang lebih baik biar terwujud pertemanan dan persaudaraan yang langgeng.

Selagi masih mampu dan masih dibutuhkan InsyaAllah kami tetap akan menyumbangkan tenaga dan pikiran kami untuk kemajuan sekolah.

Semoga kita selalu diberikan keimanan,kesehatan, dan kesuksesan yang diridhoi Allah. Aamiin ...

INFO REDAKSI

Mulai saat ini, serial tulisan "Menjadi 'GOBLOK' Dalam Kesibukan" tayang juga di blog ini. Semua tulisan dalam serial ini diambil dari tulisan yang sama di catatan dan dinding facebook saya. Silahkan beri penilaian: Bermanfaat, Menarik, atau Menantang di bawah artikel yang sesuai. Bagi pengguna facebook masih tetap bisa membacanya melalui link: https://www.facebook.com/mr.yulitenan