Paradigma baru dalam pembelajaran menuntut perubahan
proses dari pembelajaran yang berpusat pada guru (teacher centered) menjadi pembelajaran yang berpusat pada siswa (student centerd). Pembelajaran yang berpusat
pada siswa harus memberikan kesempatan lebih luas kepada siswa untuk membangun
pengetahuan baru berdasarkan pengetahuan yang telah dimilikinya. Berdasarkan
kurikulum berbasis kompetensi, terdapat 7 (tujuh) komponen utama dalam
pembelajaran yang berpusat pada siswa, salah satunya adalah penyelidikan (inquiry) (Depdiknas, 2002: 5).
Selanjutnya dalam tulisan ini akan digunakan istilah discovery untuk menyatakan penemuan, dan
bukan inquiry. Ini dikarenakan di
dalam matematika istilah pembelajaran dengan penemuan (discovery learning) lebih dikenal dengan baik daripada pembelajaran
dengan penyelidikan (inquiry learning).
Hal ini sejalan dengan pendapat yang mengatakan bahwa “discovery learning is perhaps the
best-known form of inquiry-based learning” (Westwood,
2008: 28).
Untuk mengimplementasikan komponen tersebut dalam proses
pembelajaran matematika diperlukan metode atau cara tertentu. Penggunaan
metode
pembelajaran
yang tepat akan mempermudah pencapaian tujuan pembelajaran, sehingga peserta
didik memiliki keterampilan tertentu. Kemampuan guru menetapkan metode pembelajaran
yang tepat akan meningkatkan efektifitas dan efisiensi, sehingga proses
pembelajaran bisa berlangsung lebih cepat dengan tingkat keterlibatan peserta
didik yang tinggi. Penggunaan metode
pembelajaran yang tepat akan menciptakan situasi pembelajaran yang
menyenangkan, sehingga proses pembelajaran berlangsung lancar dan hasil belajar
peserta didik optimal.
Salah
satu metode pembelajaran yang dapat diterapkan dalam pembelajaran matematika
adalah metode penemuan. Hal ini sejalan dengan pendapat bahwa “metode
pembelajaran discovery merupakan
salah satu yang dapat digunakan untuk mencapai tujuan pembelajaran matematika”
(Sri Lestari, 2008: 312). Pendapat lain mengenai perlunya
menggunakan metode penemuan dalam pembelajaran matematika dikemukakan oleh Julie (Suck,
2011: 157): “in order for students to
have an enriched mathematical experience it needs to be done through discovery.
In order for students to have an enriched mathematical experience it needs to
be done through discovery”. Berdasarkan pendapat
ini, pembelajaran matematika dengan penemuan memuat tujuan agar siswa memiliki pengalaman matematika yang
lebih luas.
Metode
penemuan merupakan komponen penting dalam pendekatan konstruktivisme, dan
dibedakan menjadi 2, yaitu penemuan bebas (free
discovery) dan penemuan terbimbing (guided
discovery). Dengan pembelajaran penemuan siswa diharapkan
menemukan prinsip-prinsip yang dipelajari, sehingga
mereka tidak hanya menghafal
prinsip-prinsip tersebut. Hal ini sejalan dengan pendapat Westwood (2008: 28)
yang mengatakan bahwa “by discovering
principles, rather than just memorizing them, students learn not just what we
know, but how we know it, and why it is important”.
Swaak
(2004: 225) menyatakan bahwa “discovery
learning distinguishes itself by the central role of learning processes such as
hypothesis generation (induction), experiment design, and data interpretation”.
Ini berarti bahwa pembelajaran penemuan membedakan dirinya melalui peran sentral dalam proses
pembelajarannya, seperti misalnya pembuatan hipotesis (induksi), rancangan
percobaan, dan interpretasi data. Selanjutnya Slameca & Graf (Alfieri,
2010: 3) menyatakan bahwa “discovery
learning is efficacious because such learning involves the discovery and
generation of general principles or explanation of domain-specific patterns
after discovering such as one’s own”. Pembelajaran dengan penemuan sangat
mujarab karena proses pembelajaran memuat kegiatan penemuan dan penyusunan
prinsip-prinsip umum atau penjelasan
pola dari umum ke khusus.
Selanjutnya
agar tujuan pembelajaran matematika dapat tercapai, dalam memilih dan
menggunakan metode pembelajaran guru hendaknya mempertimbangkan 4 (empat) hal,
yaitu: (1) tingkat perkembangan peserta didik, (2) pola pikir dalam matematika,
(3) semesta pembicaraannya, dan (4) tingkat keabstrakannya. Berdasarkan hal
ini, maka metode pembelajaran penemuan
terbimbing sangat cocok digunakan pada mata pelajaran matematika.
Metode
penemuan terbimbing biasanya digunakan dengan bahan yang dikembangkan
pebelajarnya secara induktif (Al. Krismanto, 2003: 4). Pembelajaran dengan penemuan terbimbing
digunakan apabila
di
dalam kegiatan penemuan guru
menyediakan bimbingan atau
petunjuk yang cukup luas kepada siswa, dan sebagian besar perencanaannya dibuat oleh guru.
Metode penemuan terbimbing sangat dinikmati oleh siswa, karena metode ini lebih
dianggap sebagai sebuah metode yang memotivasi siswa bagaimana mereka belajar.
Pendapat tersebut dikemukakan oleh Adkisson & McCoy, dan
Odom et al.,
seperti dinyatakan dalam Westwood (2008: 29) bahwa “guided discovery is generally regarded as a motivating method, enjoyed
by learners”.
Alfieri
(2010: 5) menyatakan bahwa “the guided
discovery conditions involved either some form of instructional guidance (i.e.,
scafolding) or regular feedback to assist the learner at each stage of the
learning tasks”. Hal ini berarti kegiatan penemuan terbimbingmelibatkan
beberapa bentuk bantuan dalam pembelajaran (yaitu, scafolding) atau umpan balik untuk membantu pebelajar pada setiap
tahapan dari tugas belajar. Pendapat lain disampaikan Westwood (2008: 28-29)
bahwa:
guided discovery, on the other hand, has a much tighter structure. The teacher usually explains the lesson objectives to the students, provides initial input or explanation to help students begin the task efficiently, and may offer suggestions for a step-by step procedure to find out the target information or to solve the problem.
Penemuan
terbimbing, di sisi lain memiliki struktur yang jauh lebih ketat. Guru biasanya
menjelaskan tujuan pembelajaran kepada siswa, memberikan masukan awal atau penjelasan untuk
membantu siswa memulai tugas
secara efisien, dan dapat menawarkan saran untuk prosedur langkah-per langkah untuk
mengetahui informasi target atau
untuk memecahkan masalah.
Selanjutnya
Westwood menyatakan bahwa:
a typical guided discovery learning
session takes the following format:
· A topic is identified or an issue is
posed; for example, what can we find out about magnets?
· Teacher and students work together to
brainstorm ideas for ways of investigating the topic.
· Students work individually or in small
groups to obtain and interpret data.
· Inferences and tentative conclusions are
drawn, shared across groups and modified if necessary.
· Teacher clears up any misconceptions,
summarises the findings and helps to draw conclusions (Westwood,
2008:29).
Pendapat
tersebut memberikan petunjuk langkah-langkah yang harus ditempuh dalam
pembelajaran dengan metode penemuan terbimbing. Berdasarkan pendapat ini,
langkah-langkah pembelajaran
penemuan terbimbing terdiri dari: (1) identifikasi
topik atau masalah yang akan dipelajari, (2) penyampaian gagasan
atau ide-ide tentang cara menyelidiki topik atau masalah tersebut,
(3) kegiatan penemuan secara individu atau kelompok, (4)
presentasi hasil, dan (5) validasi hasil,
pembuatan rangkuman dan kesimpulan.
Spencer
& Jordan (Hai-Jew,
2011: 141) memaparkan 4 (empat) ciri dari pembelajaran penemuan terbimbing
sebagai berikut.
· A context and frame for student learning through the
provision of learning outcomes
· Learners have responsibility for exploration of
content necessary for understanding through self-directed learning
· Study guides are used to facilitate and guide
self-directed learning
· Understanding is reinforced through application in
problem-oriented, task-based, and work-related experiences.
Berdasarkan
pendapat ini, secara ringkas ciri-ciri pembelajaran dengan penemuan terbimbing
adalah: (1) sebuah keadaan dan kerangka bagi pembelajaran siswa melalui penyediaan hasil pembelajaran, (2) peserta
didik memiliki tanggung jawab untuk
mengeksplorasi konten yang diperlukan untuk pemahaman melalui belajar mandiri, (3) pembimbingan belajar digunakan
untuk memfasilitasi dan membimbing belajar secara mandiri, dan (4) pemahaman ini
diperkuat melalui penerapan dalam
orientasi masalah, tugas, dan
pekerjaan yang berhubungan dengan pengalamannya.
Berdasarkan
uraian tersebut, secara ringkas langkah-langkah penggunaan metode penemuan terbimbing dalam pembelajaran
matematika adalah: (1) orientasi
masalah, (2) menyiapkan alat dan
bahan
untuk melakukan
kegiatan
penemuan,
(3) diskusi pengarahan sebelum melakukan kegiatan penemuan, (4) kegiatan penemuan oleh peserta
didik, (5) pembimbingan, (6) presentasi hasil, serta (7) pengembangan masalah dan tindak
lanjut. Ketujuh langkah tersebut
selanjutnya harus dijabarkan dalam kegiatan inti pembelajaran dalam Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Hal ini sebagai pedoman bagi guru dalam
mengimplementasikan metode penemuan terbimbing dalam proses pembelajarannya.
.
DAFTAR
BACAAN
- Al. Krismanto (2003). Beberapa teknik, model, dan strategi dalam pembelajaran matematika.Tersedia: http://www.p4tkmatematika.org (Diakses tanggal 17 Maret 2011)
- Alfieri, L., Brooks, P. J., Aldrich, N. J., et al. (2011). Does discovery-based instruction enhance learning? Journal of Educational Psychology, Vol. 103, No. 1, 1-18.
- Depdiknas (2002). Pendekatan Kontekstual (Contextual Teaching and Learning. Jakarta: Dirjendikdasmen.
- Depdiknas (2004). Matematika (Materi Pelatihan Terintegrasi). Jakarta: Dirjendikdasmen-Direktorat Pendidikan Lanjutan Pertama.
- Hai-Jew., S. (2011). Virtual immersive and 3D learning spaces: Emerging technologies and trends. New York: ISR.
- Sri Lestari (2008). Metode pembelajaran discovery dengan pendekatan konstruktivis untuk meningkatkan hasil belajar matematika pokok bahasan bangun datar pada siswa kelas VII SMP Negeri 11 Samarinda. Jurnal Didaktika, Volume 9 Nomor 3.
- Suck, S., & Pereira, P. (Ed.). (2011). What counts in teaching mathematics. London: Springer.
- Swaak, J., de Jong, T., & van Joolingen, W. R. (2004). The effect of discovery learning and expository instruction on the acquisition of definitional and intuitive knowledge. Journal of Computer Assisted Learning, Vol. 20, 225-234.
Tulisan ini juga dapat dibaca di:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar