TERIMA KASIH TELAH BERKUNJUNG KE "PRO EDUKASI"

25 Oktober 2020

BERJALAN MUNDUR UNTUK MAJU

Oleh: Yuliyanto


Albert Einstein, seorang ahli fisika dan matematika pernah menyampaikan nasehat bijak yang kurang lebih artinya kita harus belajar dari kemarin, hidup untuk hari ini, dan berharap untuk besok. Jika kita cermati nasehat tersebut berkaitan dengan fakta bahwa kita diberikan tiga waktu, yaitu kemarin, hari ini, dan besok. Kemarin merupakan waktu yang pernah kita lewati dan pasti tidak akan bisa kita ulangi, kecuali menjadikannya segala sesuatu yang baik pada waktu tersebut sebagai pengalaman untuk belajar. Hari ini merupakan waktu yang kita miliki dan bisa kita manfaatkan dengan sebaik-baiknya. Sedangkan besok merupakan waktu yang belum tentu kita dapat menikmati dan memanfaatkanya.

Judul tulisan ini terinspirasi oleh waktu yang sudah berlalu (kemarin) dengan berbagai pengalaman baik yang pernah dialami dan dapat kita manfaatkan sebagai pelajaran yang berharga untuk melangkah maju. Ada kalanya kita harus berjalan mundur beberapa langkah untuk bisa maju. Dalam penerapannya, konteks berjalan mundur ini sangat banyak sekali ragamnya. Melihat ke belakang melalui kaca spion saat kita berkendaraan, merupakan salah satu contoh dari konsep berjalan mundur ini. Kegiatan penilaian kinerja yang dilaksanakan saat ini tetapi untuk masa satu atau dua tahun yang lalu, merupakan contoh lain yang mengharuskan kita untuk berjalan mundur agar berhasil. Dalam konteks belajar pun dikenal sebuah strategi pemecahan masalah yang dikenal dengan work backward atau bekerja mundur.

Dalam belajar menulis, strategi berjalan mundur ini pun sangat tepat untuk dilakukan, terutama bagi para pemula, seperti saya. Mengapa demikian? Karena menulis sesuatu yang pernah kita alami relatif lebih mudah. Jadi, strategi berjalan mundur dalam konteks belajar menulis ini dimaknai sebagai strategi untuk memperlancar menuangkan hal-hal yang pernah kita alami dalam bentuk tulisan. Tulisan-tulisan semacam ini dapat menjelma menjadi berbagai jenis dan tidak menutup kemungkinan akan bisa menjadi tulisan yang sangat bagus untuk dinikmati (dibaca). Jika kita menulisnya secara persis seperti apa yang kita alami, maka tulisan itu akan menjadi sebuah kisah nyata. Tetapi apabila kita menulisnya dengan dibumbui berbagai hal berdasarkan imajinasi kita, tulisan itu akan menjelma menjadi sebuah cerita fiksi yang hebat. Bahkan jika kita mengemasnya dengan aturan-aturan ilmiah, tulisan itu bisa menjadi sebuah karya ilmiah yang bisa dipublikasikan dan dimanfaatkan untuk berbagai keperluan bagi penulisnya.

Sumber: Koleksi pribadi

Selanjutnya kita akan fokus pada tulisan yang berkaitan dengan sesuatu yang pernah kita lakukan yang biasa dikenal dengan istilah best practice (praktik terbaik). Tulisan dalam kategori ini adalah tulisan yang berisi tentang pengalaman sesorang dalam mengatasi suatu permasalahan dengan cara yang efektif dan efisien dengan hasil yang luar biasa. Disamping efektif dan efisien, dalam beberapa referensi jenis tulisan ini memiliki beberapa karakteristik lain, yaitu: 1) bersifat inovatif; 2) membawa perubahan; 3) mengatasi permasalahan secara berkelanjutan; dan 4) menginspirasi orang lain. Much. Khoiri dalam bukunya “Writing is Selling” menyatakan bahwa, “Semua profesi memiliki best practice yang bisa dibagikan kepada masyarakat.” Ini berarti, jika kita memiliki kemauan yang kuat, pasti mampu menulis best practice yang bisa dibagikan sebagai bahan pelajaran.

Apabila Anda ingin menulis best practice itu dalam bentuk publikasi ilmiah, maka Anda harus menyesuaikannya dengan sistematika dan kaidah sebuah tulisan ilmiah. Merujuk beberapa referensi, sistematika ini pada umumnya meliputi empat bagian. Yang pertama, bagian awal, yang memuat halaman judul, lembar persetujuan, lembar pernyataan keaslian, kata pengantar, daftar isi, daftar tabel, daftar gambar, daftar lampiran, dan abstrak atau ringkasan. Berikutnya, bagian isi, terdiri dari pendahuluan, kajian/tinjauan pustaka, dan pembahasan masalah. Adapun bagian ketiga yaitu penutup, berisi simpulan dan saran, serta bagian keempat, penunjang yang berisi  daftar pustaka dan lampiran.

Dalam kondisi seperti itulah kita harus berjalan mundur. Mengapa demikian? Karena kita akan menulis sesuatu yang pernah kita lakukan pada beberapa waktu yang silam. Sangat mungkin ketika melaksanakan hal tersebut kita belum atau bahkan tidak mengawalinya secara tertulis tentang latar belakang, rumusan masalah dan tujuannya. Tetapi ketika kita harus menulisnya secara ilmiah, hal itu merupakan salah satu syarat yang wajib dipenuhi. Pun tentang kajian pustaka tertentu yang mendasari kita melakukan strategi atau cara dalam mengatasai permasalahan tersebut. Tetapi sekali lagi, ketika saat ini kita harus menulisnya dengan aturan ilmiah, hal itu menjadi salah satu syarat yang diwajibkan. Oleh karenanya kita harus mendeskripsikan latar belakang, rumusan masalah, tujuan, dan mengaitkannya antara strategi atau cara yang pernah kita lakukan dalam mengatasi masalah itu dengan teori pendukung yang relevan melalui kajian/tinjauan pustaka. Bukankah ini sebuah alur bekerja atau berjalan mundur?

Berjalan mundur seperti saya sampaikan di atas, dapat membawa kita kepada kemajuan atau peningkatan. Mengapa demikian? Jika Anda seprofesi dengan saya, sebagai guru, hasil tulisan tersebut dapat Anda manfaatkan sebagai salah satu kelengkapan usulan kenaikan pangkat dari komponen publikasi ilmiah dan karya inovasi (piki). Apabila usulan itu lolos, maka Anda akan naik pangkat dan golongannya setingkat di atasnya dari sekarang. Jika Anda melakukannya lagi seperti itu beberapa waktu berikutnya, Anda akan berpeluang naik setingkat lagi, demikian seterusnya. Tetapi apakah ini sebuah kewajiban? Jawabnya tidak, karena seperti saya sampaikan di atas, dengan tulisan itu Anda dapat memanfaatkannya untuk kelengkapan usul kenaikan pangkat. Kata “dapat” ini memuat makna bahwa Anda tidak wajib memanfaatkanya untuk keperluan tersebut.

Jadi, yang lebih penting dalam membuat tulisan seperti itu atau tulisan apa pun, upayakan menghindari tujuan pragmatis, seperti agar bisa naik pangkat dan sejenisnya. Karena jika demikian, hanya dua hal kemungkinan yang akan terjadi. Pertama, apabila tidak lolos Anda akan sangat kecewa yang bisa mengakibatkan Anda akan berhenti menulis. Kedua, apabila lolos pun bisa berpeluang mengakibatkan rasa puas yang berlebihan, dan itu bisa berpotensi membuat kita lalai kemudian berhenti menulis karena tujuannya sudah tercapai. Cobalah berjalan mundur untuk maju sekarang juga, karena besok kita tidak akan tahu masih ada kesempatan untuk melakukannya atau tidak.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

INFO REDAKSI

Mulai saat ini, serial tulisan "Menjadi 'GOBLOK' Dalam Kesibukan" tayang juga di blog ini. Semua tulisan dalam serial ini diambil dari tulisan yang sama di catatan dan dinding facebook saya. Silahkan beri penilaian: Bermanfaat, Menarik, atau Menantang di bawah artikel yang sesuai. Bagi pengguna facebook masih tetap bisa membacanya melalui link: https://www.facebook.com/mr.yulitenan