TERIMA KASIH TELAH BERKUNJUNG KE "PRO EDUKASI"

13 September 2020

BUAT TANPA TETAPI DAN LAKUKAN TANPA NANTI

Oleh: Yuliyanto 


Seperti biasa setiap hari Minggu pagi saya mempunyai tugas khusus menemani “Si Kecil”, anak lanang belajar bersosialisasi, berkomunikasi, dan berkolaborasi melalui olahraga sepak bola di sebuah sekolah sepak bola (SSB). Hingga tahun kedua di SSB ini, tidak ada target untuk memfasilitasi “Si Kecil” agar menjadi pemain sepak bola profesional dan terkenal. Secara genetis sama sekali tidak ada trah seorang pemain sepak bola, kecuali sekelas tarkam waktu itu, pun hanya pada level bola plastik. Oleh karenanya saya pun hanya fokus pada target agar “Si Kecil” bisa belajar bersosialisasi, berkomunikasi, dan berkolaborasi dengan teman sebayanya dalam lingkup yang lebih luas.

Sumber: Koleksi pribadi

Sambil menyelam minum air menjadi sebuah ungkapan yang pas bagi saya terkait tugas khusus tersebut. Disamping menemani, saya bisa memanfaatkan waktu yang ada untuk ngobahke awak (menggerakkan tubuh) dengan cara berjalan kaki mengitari pinggir lapangan yang digunakan untuk latihan “Si Kecil”. Begitu sampai lapangan dan “Si Kecil” telah membaur dengan teman-temannya, saya pun memanfaatkannya untuk berjalan dan berlari kecil mengitari pinggir lapangan. Lima kali putaran cukup bagi saya untuk sekadar ngobahke awak dan mengeluarkan sedikit keringat. Setelah itu total menunggu “Si Kecil” belajar di lapangan sambil duduk-duduk, minum, dan makan hingga latihan selesai.

Begitu “Si Kecil” menyelesaikan belajarnya, setelah minta jajan (hari ini minta batagor) kita berdua pun langsung cabut pulang. Sesaat setelah sampai rumah, saya coba akses akun fesbuk dan muncul tampilan paling atas sebuah postingan salah satu teman, “POSITIF PAGI ... Buat tanpa tapi, lakuan tanpa nanti”. Entah mengapa saya langsung tertarik dengan kalimat dalam postingan tersebut. Saya baca berkali-kali kalimat tersebut, hingga saya membuat sebuah penafsiran tentang kalimat itu, yang saya maknai sebagai sebuah pesan agar kita jangan menunda-nunda sebuah pekerjaan, apapun pekerjaan itu. Kebetulan baru muncul hasrat menulis, maka seperti diingatkan saya pun segera ambil dan membuka laptop dan menuliskan kalimat dalam postingan teman tadi, dengan sedikit modifikasi sebagai judul tuilisan ini.

Jujur, saat menuliskan judul tersebut tidak ada sama sekali ide untuk dituangkan dalam tulisan. Saya tetap bertahan untuk melanjutkan menulis. Yang saya pikirkan hanyalah kalimat “Jangan menunda pekerjaan”, hasil penafsiran terhadap kalimat “Buat tanpa tapi dan lakukan tanpa nanti” dalam postingan teman tadi. Saya hanya ingin menuntaskan hasrat yang muncul tadi, tanpa berbagai bisikan yang menggoda untuk menunda atau tidak melakukannya, yang memuat kata “tetapi” dan “nanti”. Saya tidak ingin beberapa pekerjaan, seperti sebelumnya sering tertunda (lama) karena terbuai oleh kedua kata tersebut.

Anda mungkin mempunyai penafsiran yang berbeda terhadap kalimat seperti dalam judul tulisan ini. Namun demikian bukan hal yang tidak mungkin, Anda memiliki penafsiran yang sama dengan saya. Jika demikian, dan saat ini Anda sedang mempunyai keinginan untuk melakukan sesuatu, apapun itu, akan sangat baik apabila Anda membuang kata “tetapi” atau “nanti” dan melakukannya, sekarang juga. Kata “tetapi” yang terus membuai pikiran kita berpotensi mengakibatkan hal yang bertentangan atau tidak selaras dengan keinginan kita. Sebagai contoh, ketika kita ingin mengerjakan sesuatu dan dipikiran kita muncul bisikan, “Ah ... tetapi buat apa ini?”, atau “Nanti saja, kan masih banyak waktu”, maka kemungkinan besar kita akan menundanya atau tidak jadi melakukan sesuatu tersebut.

Menunda melakukan sesuatu, apalagi hal yang berkaitan langsung dengan nasib atau tupoksi kita bisa mengakibatkan kerugian atau kecelakaan bagi diri kita. Mengapa demikian? Seperti saya sampaikan dalam tulisan sebelumnya tentang “Perubahan”, jika kita tidak melakukan apapun yang berkaitan dengan nasib kita, maka kondisi kita akan sama dengan kondisi sebelumnya. Bukankah menurut para alim hal ini sebuah kerugian? Pun ketika kita menunda pekerjaan yang menjadi bagian dari tupoksi kita, maka sangat mungkin pekerjaan-pekerjaan lainnya akan menumpuk untuk kita kerjakan di kemudian hari. Hal ini pasti akan menguras tenaga dan pikiran kita untuk menyelesaikannya, dan hal ini bisa berpotensi mengganggu kesehatan kita. Bukankah ini bisa digolongkan sebuah kecelakaan?

Menghindari kata “tetapi” dan “nanti” dalam melakukan sebuah kegiatan pada prinsipnya merupakan seni mengatur waktu yang kita milliki. Seperti kita ketahui bersama, kita hanya memiliki tiga rentang waktu, yaitu kemarin, hari ini, dan hari esok. Kemarin merupakan waktu yang sudah berlalu, dan pasti kita tidak akan bisa mengulanginya, kecuali menjadikannya sebagai pengalaman untuk belajar. Pun hari esok, merupakan waktu yang belum tentu bisa kita nikmati. Satu-satunya waktu yang pasti bisa kita manfaatkan sebaik-baiknya hanyalah hari ini. Oleh karenanya marilah kita belajar dari hari kemarin, lakukan aktivitas hari ini, dan bermimpi untuk hari esok, seperti nasihat Albert Einstein, “Belajar dari kemarin, hidup untuk hari ini, dan berharap untuk besok”.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

INFO REDAKSI

Mulai saat ini, serial tulisan "Menjadi 'GOBLOK' Dalam Kesibukan" tayang juga di blog ini. Semua tulisan dalam serial ini diambil dari tulisan yang sama di catatan dan dinding facebook saya. Silahkan beri penilaian: Bermanfaat, Menarik, atau Menantang di bawah artikel yang sesuai. Bagi pengguna facebook masih tetap bisa membacanya melalui link: https://www.facebook.com/mr.yulitenan