TERIMA KASIH TELAH BERKUNJUNG KE "PRO EDUKASI"

06 September 2020

MENULIS DENGAN GEMBIRA

Oleh: Yuliyanto 


Gembira dapat dimaknai sebagai suatu keadaan dimana pikiran merasa nyaman, tidak ada tekanan dari manapun, baik dari dalam maupun dari luar. Hampir semua aktivitas kita yang dilakukan dalam kondisi ini akan bisa berjalan dengan lancar dan menimbulkan keinginan untuk diulang-ulang. Ketika kita melakukan hubungan atau komunikasi dengan orang lain, dan masing-masing merasakan kenyamanan, maka semua akan berjalan mengalir enak untuk dinikmati. Sebaliknya, apabila salah satu atau keduanya merasa kurang atau tidak nyaman, pasti akan sangat membosankan, tidak enak untuk dinikmati, dan cenderung untuk tidak diulangi.

Disamping untuk mengekspresikan jiwa dan beban pikiran, menulis juga merupakan salah satu bentuk komunikasi. Sebagai sebuah komunikasi menulis pun harus dilakukan dalam kondisi gembira agar yang disampaikan berjalan mengalir lancar. Tidak mudah memang menciptakan suasana ini bagi orang yang baru memulai belajar menulis, seperti saya. Tekanan-tekanan tertentu kadang atau bahkan mungkin sering muncul dan membuat suasana menjadi kurang atau tidak menggembirakan. Perasaan takut jelek hasilnya dan merasa tidak memiliki bakat menulis, merupakan beberapa contoh tekanan yang dari dalam diri sendiri yang berpotensi mengakibatkan suasana kurang atau tidak gembira dalam menulis.

Sumber: Koleksi pribadi

Merujuk pada beberapa referensi tentang cara kerja otak, perasaan gembira itu dikontrol dan dikuasai oleh bagian otak limbic atau mamalia. Suasana emosional, termasuk di dalamnya rasa gembira ini dipengaruhi oleh rangsang yang diterima dibagian batang otak atau otak reptil. Pada saat bagian otak ini menerima rangsangan negatif, seperti perasaan takut jelek, merasa tidak berbakat dan tidak mampu atau sejenisnya, maka bagian otak ini akan tertutup dan tidak bisa meneruskannya ke bagian otak limbic atau mamalia. Hal ini akan mengakibatkan kita merasa tiidak nyaman dan tidak gembira yang akan mempengaruhi kerja otak pemikir atau neo cortex dalam proses belajar, dalam hal ini menulis. 

Bagaimana caranya agar kita bisa menulis dengan gembira? Tentu saja dengan cara membuka batang otak dengan menghilangkan perasaan-perasaan negatif, dan menggantinya dengan yang positif. Saat memulai belajar menulis, perasaan takut jelek adalah hal yang sangat wajar, tetapi tidak seharusnya hal itu terus bersemayam dalam pikiran kita. Salah satu upaya untuk ini adalah dengan kalimat-kalimat yang memotivasi, seperti disampaikan beberapa tokoh dalam tulisan saya sebelumnya “Abadikan dengan Tulisan”. Penulis Best Seller Hernowo seperti dikutip Amir Faisal dalam tulisannya “Belajar Hypnowriting” mengatakan bahwa, “Ketika Anda mulai menulis, tulis saja apa yang ada di kepala Anda. Jangan pedulikan seperti apa jadinya”. Untuk hal ini saya meringkasnya menjadi tiga kegiatan dalam satu siklus menulis, yaitu: tulis, lempar ke pembaca, dan lupakan. 

Merasa tidak berbakat atau tidak mampu merupakan hal yang juga sering muncul saat kita akan memulai sesuatu yang belum menjadi kebiasaan kita, termasuk dalam hal ini menulis. Berkaitan dengan ini saya jadi teringat salah satu guru waktu SMA dulu, yang mengatakan bahwa pada dasarnya semua manusia itu dikaruniai berbagai macam bakat. Berkembang atau tidaknya bakat-bakat tersebut sangat dipengaruhi oleh kemauan seseorang dalam mengeksplorasinya. Bisa saja terjadi bakat tertentu tidak berkembang, sedangkan bakat lainnya berkembang secara optimal. Amir Tengku Ramly dalam bukunya “Pumping Tallent” mengungkapkan bahwa, “Berbagai talenta yang kita miliki dapat berfungsi optimal atau bisa juga tidak. Hal ini dipengaruhi oleh kemauan seseorang dalam memfungsikannya”. 

Tidak perlu bicara bakat untuk memulai belajar menulis, karena pada dasarnya semua orang dikaruniai berbagai macam bakat, termasuk di dalamnya bakat menulis. Berkembang atau tidaknya bakat ini semua tergantung pada kemauan kita untuk mengeksplorasinya. Kita mau melakukannya secara sungguh-sungguh niscaya dalam rentang waktu tertentu bakat itu akan berkembang secara optimal. Kalimat bijak yang tepat untuk ini, “Tidak mungkin adalah kata yang hanya ada dalam kamus orang-orang bodoh”. Merasa tidak berbakat atau tidak mampu berarti menutup kemungkinan. Perasaan itu hanya akan menutup batang otak kita, sehingga mengakibatkan kita tidak bisa merasakan kegembiraan, yang muaranya mengakibatkan kita tidak melakukan sesuatu karena kerja neo cortex tidak optimal.

Menulis dengan gembira adalah menulis dengan penuh kegembiraan, tanpa ada unsur paksaan, tanpa ada tekanan dari manapun, termasuk dari dalam diri kita sendiri. Menulis dengan gembira itu memadukan antara kekuatan panca indera yang kita miliki dengan otak kanan yang sangat menyukai spontanitas dan kebebasan. Apa yang kita lihat, kita dengar, dan kita rasakan dengan mengoptimalkan otak kanan bisa menjadi bahan untuk ditulis dengan perasaan gembira. Bagi seorang pemula seperti saya, menulis dengan gembira dapat menumbuhkan rasa percaya diri dan berkeinginan melakukannya lagi. Hal ini dapat meingkatkan kuantitas, yang pada akhirnya akan membuka peluang besar tercapainya suatu kualitas.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

INFO REDAKSI

Mulai saat ini, serial tulisan "Menjadi 'GOBLOK' Dalam Kesibukan" tayang juga di blog ini. Semua tulisan dalam serial ini diambil dari tulisan yang sama di catatan dan dinding facebook saya. Silahkan beri penilaian: Bermanfaat, Menarik, atau Menantang di bawah artikel yang sesuai. Bagi pengguna facebook masih tetap bisa membacanya melalui link: https://www.facebook.com/mr.yulitenan