TERIMA KASIH TELAH BERKUNJUNG KE "PRO EDUKASI"

02 September 2020

KEPO

Oleh: Yuliyanto 


Bagi sebagian besar anak muda dan bahkan mungkin juga orang tua yang mengikuti perkembangan istilah gaul, pasti tidak asing dengan kata “Kepo”. Sering kita lihat anak-anak muda ketika kontak dengan anak-anak seusianya mengeluarkan kata tersebut. “Kepo ah ...”, begitu ucapan salah seorang anak menjawab salah satu keingintahuannya tentang sesuatu padanya. Dalam chatting pun tidak jarang kita menerima kalimat yang memuat kata tersebut. “Makane dia langsung kepo ...”, salah satu pesan whatsapp teman yang menginspirasi tulisan ini.

Sumber: Koleksi pribadi

Memperhatikan penggunaan kata “Kepo” dalam konteks kalimat di atas menimbulkan kesan bahwa kata tersebut memiliki kecenderungan rasa “negatif”. Kata tersebut cenderung digunakan untuk menggambarkan sikap seseorang yang ingin tahu urusan orang lain. Jika orang tersebut merasa kurang sreg dengan sikap yang seperti itu, maka pilihan kata “Kepo” terasa lebih pas digunakan untuk memberikan tanggapan. Padahal, ternyata kata “Kepo” ini diambil dari akronim bahasa Inggris yang memiliki makna positif. 

Saya sendiri tidak termasuk yang intensif mengikuti perkembangan istilah-istilah gaul. Awalnya saya pun tidak mengerti arti kata “Kepo” ini, selain sering mendengar atau membacanya. Hingga suatu ketika dalam sebuah kegiatan dinas, salah seorang nara sumber yang dari Kepolisian menyampaikan kepanjangan kata “Kepo” ini, yaitu “Knowing every particular object”, baru saya mengerti. Dalam bahasa Indonesia kurang lebih berarti ingin mengetahui segala sesuatu. Bukankah ini bisa menjadi sebuah sikap yang positif?

Dalam konteks belajar, sikap “Kepo” ini bahkan menjadi salah satu sikap yang harus terus ditanamkan dan dikembangkan. Penanaman sikap ini dapat dilakukan melalui berbagai cara seperti mengamati, menanya, dan mencoba, yang merupakan bagian dari langkah saintifik sebelum menalar dan mengomunikasikan. Seseorang yang memiliki sikap “Kepo” akan terus berupaya dengan beberapa cara tersebut hingga menemukan sesuatu yang ingin diketahui dari pertanyaan yang muncul dalam pikirannya.

Dalam semesta pembicaraan literasi membaca pun sikap “Kepo” ini perlu terus ditumbuhkan untuk meningkatkan kemampuan literasi di bidang tersebut. Berawal dari sikap “Kepo” inilah seseorang akan berusaha mencari tahu isi sebuah tulisan dan membacanya hingga tamat. Tanpa rasa ingin tahu niscaya keinginan membaca sebuah tulisan akan muncul. Jika hal ini yang terjadi maka kecil kemungkinan tulisan tersebut akan dibaca. Hal ini dapat mengakibatkan kemampuan memahami sesuatu dan merefleksikannya rendah, yang secara luas mengakibatkan rendahnya kemampuan literasi membaca. Tidaklah berlebihan apabila rendahnya literasi membaca yang muncul saat ini akibat dari kurang atau tidak adanya sikap “Kepo”. 

Di era digital seperti saat ini, rendahnya literasi membaca berpotensi menimbulkan dampak lain yang kurang baik, seperti penyebaran konten hoax. Tidak adanya sikap “Kepo” saat menerima sebuah postingan di media sosial cenderung akan membuat penerima tidak terlebih dahulu membaca dan mencari kebenarannya, tetapi langsung meneruskan dan menyebarkannya melalui komunitasnya. Hal iniah yang berpotensi dapat menimbulkan penyebaran berita hoax yang menyesatkan masyarakat. Oleh karenanya sikap “Kepo” ini harus ditumbuhkan agar kita lebih berhati-hati, tidak mudah percaya, sehingga kita akan berusaha mencari tahu kebenaran objek yang dihadapinya terlebih dahulu sebelum menyebarkannya. 

Sisi positif lain dari sikap “Kepo” adalah dapat menumbuhkan sikap lain, yaitu pantang menyerah. Sikap ini ditunjukkan dengan tindakan untuk menempuh atau melakukan berbagai upaya agar sesuatu yang menjadi misteri dalam pikirannya dapat ditemukan kebenarannya. Seseorang yang “Kepo” dalam menghadapi permasalahan cenderung akan mencoba berbagai cara untuk menyelesaikannya. Cara pertama dicoba dan gagal tidak akan membuatnya putus asa dan berhenti menyelesaikannya. Alternatif cara kedua, ketiga, dan seterusnya akan dicoba hingga permasalahan tersebut terselesaikan dan terjawab rasa ingin tahunya. 

Disamping nilai-nilai positif tersebut tentu saja sikap “Kepo” ini juga memiliki nilai yang bernuansa negatif. Hal ini akan terjadi apabila sikap “Kepo” itu bertujuan untuk mengetahui sisi-sisi yang menjadi privasi secara individu dan / atau kelembagaan. Namun demikian, merujuk beberapa nilai positif yang bisa timbul dari sikap tersebut, menjadi sebuah keharusan bagi kita semua untuk senantiasa bersikap “Kepo” dalam konteks belajar, ber-literasi, dan ber-media sosial.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

INFO REDAKSI

Mulai saat ini, serial tulisan "Menjadi 'GOBLOK' Dalam Kesibukan" tayang juga di blog ini. Semua tulisan dalam serial ini diambil dari tulisan yang sama di catatan dan dinding facebook saya. Silahkan beri penilaian: Bermanfaat, Menarik, atau Menantang di bawah artikel yang sesuai. Bagi pengguna facebook masih tetap bisa membacanya melalui link: https://www.facebook.com/mr.yulitenan