TERIMA KASIH TELAH BERKUNJUNG KE "PRO EDUKASI"

23 Agustus 2020

ANTARA TAAT DAN TAKUT

Oleh: Yuliyanto
(25 Mei 2020)


Seperti tak tertahankan lagi, sehari menjelang Hari Raya Idul Fitri masyarakat menyerbu pusat-pusat perbelanjaan, baik tradisional maupun modern. Sebagian besar mereka berusaha memenuhi kebutuhan untuk persiapan menyambut lebaran yang sebentar lagi tiba. Nuansa tanggap darurat pencegahan dan penyebaran covid-19 hampir tidak terlihat lagi. Anjuran untuk tetap tinggal di rumah dan hindari kerumunan masa hampir tidak dihiraukan lagi.

Sebenarnya bosan sudah membahas tentang masalah yang berkaitan dengan covid-19 ini. Namun ada keinginan untuk tetap taat atas anjuran pemerintah dan rasa takut (kawatir) atas perilaku sebagian (besar) masyarakat tersebut. Saya pun memilih taat untuk tetap tinggal di rumah dengan sedikit kawatir akan terjadi hal-hal yang tidak kita inginkan. Walaupun tidak menyaksikan langsung hiruk pikuk kejadian di luar sana, tetapi setidaknya dari berbagai media informasi menyajikannya seperti itu. Seorang teman sempat menyampaikan informasi melalui grup whatsaap bahwa saat ini (kemarin) jalanan macet dan pusat perbeanjaan ramai sekali pengunjung, hingga “uyel-uyelan”.

Sebuah pemandangan yang tidak jauh berbeda dengan saat kondisi normal dalam menyambut datangnya lebaran. Tidak ada rasa kawatir atau takut sama sekali akan terjadi hal yang tidak baik pada dirinya pun pada orang lain. Entah karena keyakinannya akan kekuasaan Tuhan ataukah karena merasa daerahnya “aman” mereka melakukannya. Salah seorang pengunjung pasar saat diwawancarai oleh salah satu stasiun televisi swasta mengatakan “saya tidak takut, kalau memang terjadi sesuatu itu sudah dari sananya”.

Tidak ada yang kuasa mencegah kenyataan tersebut. Masyarakat seperti sudah tidak peduli lagi dengan situasi tanggap darurat ini. Pihak-pihak yang berwenang pun tidak mampu lagi mencegahnya. Hal ini seperti menguatkan rasa keputusasaan yang belakangan ini mencuat melalui “tagar Indonesia terserah”, juga tentang berita-berita terkait dengan herd immunity. Akankah ini menjadi ajang uji coba hal tersebut? Terserah masyarakat, siapa yang kebal akan bertahan, jika terjadi sesuatu tanggung sendiri akibatnya. Sungguh mengerikan jika demikian.

Tidak seharusnya rasa putus asa itu terus ada dan menjadi satu hal yang dibiarkan terus berkembang. Mudah-mudahan hal tersebut cuma sebagai salah satu cara terakhir untuk menyadarkan masyarakat akan pentingnya mematui protokol kesehatan di masa pandemi ini. Seperti orang tua yang melihat anaknya yang masih balita bermain api yang membahayakan dirinya, akankah kita membiarkannya? Tentu tidak, dengan berbagai cara orang tua akan berupaya agar anaknya selamat dari bahaya. Oleh karenanya tidak ada alasan untuk berputus asa. Kita harus segera bangkit bersama melawan situasi ini.

Kumandang adzan maghrib sehari menjelang lebaran kemarin menandai berakhirnya puasa di bulan Ramadhan tahun ini. Sesaat setelah itu hampir di seluruh masjid dan musholla mengumandangkan takbir menyambut hadirnya Hari Raya Idul Fitri 1 Syawal 1441 H. Seluruh umat Islam dengan gembira menyambut hari kemenangan setelah sebulan penuh menjalankan ibadah puasa. Tak terkecuali anak-anak pun sebagian kelihatan terlibat di dalamnya.

Sumber: Dokumen pribadi

Satu hal yang berbeda pada malam itu tidak adanya segerombolan orang yang melakukan takbir keliling. Ini sesuai dengan salah satu butir kesepakatan Dusun atau Desa yang melarang warganya melakukan hal tersebut. Dalam kesepakatan tersebut juga diatur tentang tata cara shalat Ied dan ujung (silaturrahiim) diantara warga. Butir yang tertuang dalam kesepakatan tersebut sangat ideal dan mendukung protokol kesehatan yang dianjurkan pemerintah. Untuk shalat Ied boleh dilaksanakan masjid atau musholla, sedangkan untuk ujung hanya boleh dilakukan secara lokal di masing-masing Dusun dengan tidak membolehkan warga dari luar dusun memasukinya. Dalam kesepakatan tersebut juga tercantum klausul protokol kesehatan yang harus dipenuhi, diantaranya memakai masker, tidak bersalam-salaman, menyiapkan fasilitas cuci tangan, dan pembatasan banyak orang dalam acara ujung.

Waktu pun berjalan dengan dihiasi kumandang takbir di masjid dan musholla hingga pagi hari. Hingga waktu shalat Ied tiba sebagian (besar) masyarakat pun melaksanakan kesepakatan bersama dengan mendatangi masjid atau musholla untuk melaksanakannya. Sebagian (kecil) yang lain tetap memilih taat dan melaksanakannya di rumah masing-masing, termasuk saya pun memilih demikian. Keberanian (kalau bukan sebuah kenekatan) sebagian (besar) warga pun kembali terjadi, setidaknya ini terjadi di tempat di mana saya tinggal. Sebagian besar warga tidak memakai masker saat melaksanakan shalat Ied, tidak sesuai dengan butir kesepakatan yang telah dibuat dan disosialisasikan ke warga.

Usai melaksanakan shalat Ied, seperti budaya sebelumnya dilanjutkan dengan ujung ke warga untuk bersilaturrahim, saling memaafkan dan mendoakan. Kembali dalam hal ini saya pun memilih tetap tinggal di rumah, bahkan dengan pintu tertutup. Tentu hal ini bukan karena tidak mau atau tidak boleh dikunjungi, tetapi lebih kepada ingin taat (anjuran pemerintah) disamping rasa takut (penyebaran covid-19 yang mungkin saja bisa terjadi). Pemandangan dari dalam rumah pun kembali terlihat segerombolan keluarga yang akan berkunjung ke tetangga tidak mengenakan masker.

Permasalahannya mungkin bukan sekadar tidak memakai masker, keberanian (kenekatan), tetapi lebih kepada ketidaktaatan warga atas butir-butir kesepakatan yang telah dibuat sebelumnya. Di level Dusun saja warga cenderung tidak memedulikan kesepakatan yang telah dibuatnya, apalagi untuk menaati himbauan-himbauan dari level di atasnya yang tidak ikut merumuskannya dan lebih jauh jangkauannya. Satu butir kesepakatan yang dikawal secara lebih ketat adalah tidak bolehnya warga dari luar yang masuk ke daerahnya. Hal ini sebenarnya menunjukkan adanya rasa kawatir (takut) dari warga atas kemungkinan buruk yang mungkin bisa timbul karenanya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

INFO REDAKSI

Mulai saat ini, serial tulisan "Menjadi 'GOBLOK' Dalam Kesibukan" tayang juga di blog ini. Semua tulisan dalam serial ini diambil dari tulisan yang sama di catatan dan dinding facebook saya. Silahkan beri penilaian: Bermanfaat, Menarik, atau Menantang di bawah artikel yang sesuai. Bagi pengguna facebook masih tetap bisa membacanya melalui link: https://www.facebook.com/mr.yulitenan