Sumber: Dokumen pribadi |
Beberapa saat kemudian, salah seorang lainnya menyalakan laptop dan mencari wayang. Suara gendhing dan alunan suara dhalang pun menghiasi suasana jaga malam ini. Tampak di layar adegan pasewakan di negaranya Puntadewa, yang dihadiri juga oleh Prabu Kresna dan Baladewa.
Di tengah-tengah pasewakan tiba-tiba hadir dua tokoh panakawan Petruk dan Bagong. mereka berdua pun menyampaikan maksudnya kepada Puntadewa, bahwa mereka diutus bapaknya Semar memohon hadirnya Pandawa Lima ke Karang Kadempel tempat di mana Semar tinggal.
Sesaat kemudian terdengar suara teriakan lantang Sang Dhalang memerankan marahnya Baladewa kepada kedua panakawan. "Semar mBangun Kahyangan iki", kata salah seorang seperti sudah sangat hafal dengan lakon wayang yang sedang diputar. Seorang lainnya mencoba mendekat melihat judul lakon yang tertera di layar, kemudian membenarkannya.
Adegan berlanjut dengan keberanian panakawan meladeni marahnya Baladewa. Hingga akhirnya mereka bertiga keluar dari pasewakan setelah tantang-tantangan. Tentu saja hal itu hanya diperankan oleh satu orang, yaitu Sang Dhalang yang tampak sangat mahir memerankannya.
Di luar pasewakan kedua panakawan berembug tentang peristiwa yang baru saja dilakukan, menantang Prabu Baladewa. Petruk mengajak pulang saja ke Karang Kadempel, seperti ada rasa takut menghadapinya. Bagong berpendapat lain, harus tetap dihadapi apa pun yang terjadi, karena malu jika tugas yang diberikan bapaknya Semar ini gagal.
Beberapa saat kemudian, hadir putra ragil Jodipati, Ontoseno. Dia bermaksud merangket kedua panakawan karena dipandang telah berbuat tidak baik, berani terhadap Baladewa yang tidak lain kakak Prabu Kresna, Sang pengayom Pandawa. Petruk pun menyampaikan latar belakang keberaniannya, membela bapaknya Semar yang akan membangun kahyangan, memperbaiki mental warganya yang dirasa sudah mulai merosot menjurus kepada kebobrokan.
Mendengar pejelasannya, Ontoseno pun berbalik membenarkan sikap kedua panakawan dan berniat membantunya. Dengan gayanya yang "ndhugal" tapi jujur dan memihak kebenaran, Ontoseno mengojok-ojoki kedua panakawan untuk terus maju menuntaskan tugas dari bapaknya Semar. Untuk meyakinkan kedua panakawan, Ontoseno bilang siap membantu dengan segala kekuatan dan kelebihan yang dimiliki.
Belum jadi kedua panakawan perang melawan Baladewa, Pak Erte yang punya laptop menpercepat gelaran wayang ke adegan limbukan. Adegan ini bersifat hiburan, berisi lagu atau tembang yang dibawakan oleh sinden yang terlibat.
Sampai adegan bertemunya Ontoseno dan kedua panakawan, terdapat beberapa sikap yang bisa diteladani. Sikap tangungjawab diperlihatkan dari keteguhannya mengemban tugas yang diberikan oleh Semar. Kareba sikap ini muncullah sikap lainnya, pantang menyerah apa pun yang akan terjadi.
Sikap lainnya adalah keberanian panakawan menegakkan kebenaran. Hal ini ditunjukkan pada adegan beraninya menantang Baladewa yang sebenarnya adalah pepundennya. Dalam adegan ini bukan pribadi Baladewa yang dilawan, tetapi sikapnya yang meremehkan dan menjelekkan Semar yang punya niat mbangun kahyangan, yang sebenarnya dimaknai akan membangun mental, bukan kahyangan tempatnya para dewa seperti yang dipikirkan prabu Baladewa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar