TERIMA KASIH TELAH BERKUNJUNG KE "PRO EDUKASI"

23 Agustus 2020

THE POWER OF PLANNING


Oleh: Yuliyanto
(11 Juli 2020)


Di hampir semua sekolah pada waktu seperti ini, menjelang tahun pelajaran baru banyak diselenggarakan acara IHT (In House Training). Menu dan tujuannya pun hampir semua sama, menyusun seperangkat perencanaan sebagai salah satu acuan bagi sekolah dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat. Ibarat sebuah kapal, sebelum berjalan mengarungi ombak di tengah lautan, IHT ini merupakan salah satu cara menyiapkan seluruh awak kapal agar berjalannya kapal bisa nyaman dan sampai di tujuan dengan selamat tanpa ada satu penumpang pun yang mabuk di tengah perjalanannya.

Sumber: Dokumen pribadi

In House Training (IHT) dalam tulisan ini saya maknai sebagai sebuah pelatihan yang dilaksanakan di “rumah sendiri” (lembaga di mana kita bekerja). Menu pelatihan pun diramu, disajikan, dan disantap sendiri oleh seluruh anggota keluarga, kecuali beberapa menu tertentu bisa disajikan oleh orang yang berasal dari keluarga (lembaga) lain. Menu yang disajikan dalam kegiatan ini bisa sangat bervariasi sesuai dengan kebutuhan keluarga beserta seluruh anggotanya. Pun dengan tujuannya, bisa untuk sekadar merefresh, sosialisasi, meningkatkan kompetensi, atau membuat perencanaan di dalam lembaga itu. Dalam tulisan sederhana ini saya akan membatasi hanya pada menu perencanaan.

Perencanaan menjadi satu hal yang sangat penting dibuat, disamping sebagai sebuah acuan pelaksanaan kegiatan, hal ini bisa menjadi salah satu pendukung pengakuan sebuah prestasi/hasil yang diperoleh kelak. Demikian pentingnya sebuah perencanaan, hingga banyak orang menyebut bahwa sebuah kesuksesan itu bergantung pada perencanaan awalnya. Prestasi/hasil yang baik seperti apa pun tanpa sebuah perencanaan bisa dikatakan prestasi/hasil tersebut hanyalah sebuah kebetulan saja.

Beberapa tahun silam dalam sebuah kegiatan visitasi sekolah oleh tim dari pusat, salah seorang anggota tim menanyakan tentang catatan prestasi sekolah di bidang kompetisi antar siswa. Seorang teman yang waktu itu melayani tim tersebut dengan sedikit bangga menyebutkan sambil menunjukkan dokumen prestasi di bidang tersebut. Di luar dugaan teman saya tadi, anggota tim tersebut menanyakan tentang dokumen perencanaan dan pelaksanaan kegiatan itu. Ketika teman saya tadi tidak bisa menunjukkan dokumen dimaksud, anggota tim itu pun menjustifikasi bahwa hasil tersebut bukanlah sebuah prestasi.

Pelajaran lain yang menguatkan betapa pentingnya sebuah perencanaan saya dapatkan dari seorang nara sumber dalam sebuah diklat. Kali ini berkaitan dengan sebuah proses pembelajaran, dunia yang saya geluti sejak 25 tahun silam. Kurang lebih setahun yang lalu saya mendapat kesempatan mengikuti diklat penulisan soal berkategori HOTS (higher order thinkung skill). Salah seorang nara sumber dalam kegiatan tersebut menggambarkan pentingnya sebuah perencanaan melalui sebuah kisah yang dialaminya saat menempuh pendidikan di sebuah negara tetangga.

Mengawali kisahnya, nara sumber itu menyampaikan bahwa di negara tetangga tempat dia menempuh pendidikannya, seorang dosen dapat dituntut oleh mahasiswanya yang dinyatakan tidak lulus dalam suatu ujian. Akhir dari proses persidangan kasus tersebut, hakim pun menjatuhkan vonis bahwa si dosen tidak bersalah dan terbebas dari tuntutan, sebaliknya si mahasiswa yang mengajukan tuntutan justru diberikan vonis berupa denda. Mengapa demikian? Apa dasar sang hakim memberikan vonis tersebut? Nara sumber itu pun melanjutkan kisahnya, ternyata bukti dokumen perencanaan pembelajaran dan penilaian yang dibuat oleh si dosen lah yang mendasarinya. Hakim menilai dan meyakini bahwa si dosen telah melaksanakan tupoksinya sesuai dengan dokumen perencanaan yang telah dibuat sebelumnya.

Ah ... itu kan di negara tetangga, di sini (Indonesia) hal itu tidak akan / belum pernah terjadi (setidaknya hingga saat ini). Bisa saja saat ini kita berpikiran seperti itu, seperti pikiran saya (dan beberapa peserta lainnya) sesaat setelah mengikuti kisah tersebut. Seperti tahu apa yang dipikirkan oleh para peserta, nara sumber itu pun menambahkan sebuah kalimat: “Saat ini memang belum pernah terjadi, karena sebagian besar warga kita belum semuanya sadar hukum. Lima tahun, sepuluh tahun, atau dua puluh tahun yang akan datang bukan hal yang tidak mungkin hal itu akan terjadi di sini.”, begitu tambahnya.

Memang kita tidak tinggal di negara tempat terjadinya kasus tersebut. Namun demikian kisah di atas dapat menjadi salah satu referensi kita semua betapa pentingnya sebuah perencanaan, termasuk di dalamnya perencanaan proses pembelajaran yang menjadi bagian dari tupoksi kita, sebagai guru. Hal ini seperti tertuang dalam permendikbud nomor 15 tahun 2018, kita (guru) memiliki tupoksi 5M (merencanakan, melaksanakan, menilai, membimbing dan melatih, serta melaksanakan tugas lain yang relevan). Bukankah hal itu merupakan salah satu produk hukum yang wajib kita patuhi agar kita semua memiliki kekuatan dalam melaksanakan tupoksi kita.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

INFO REDAKSI

Mulai saat ini, serial tulisan "Menjadi 'GOBLOK' Dalam Kesibukan" tayang juga di blog ini. Semua tulisan dalam serial ini diambil dari tulisan yang sama di catatan dan dinding facebook saya. Silahkan beri penilaian: Bermanfaat, Menarik, atau Menantang di bawah artikel yang sesuai. Bagi pengguna facebook masih tetap bisa membacanya melalui link: https://www.facebook.com/mr.yulitenan