Sumber: Dokumen pribadi |
Tanggungan itu adalah janji saya untuk mentransfer sejumlah uang untuk biaya cetak buku “Catatan Kecil Sang Pemula (CSKP)”. Beberapa hari sebelumnya kami bertiga (penulis) telah bersepakat untuk mencetak sejumlah buku itu untuk memenuhi pesanan dari beberapa teman yang telah memesan sebelumnya. Buku pertama saya yang ditulis secara keroyokan (bertiga) hasil dari kegiatan “Sabugunas” beberapa waktu sebelumnya. Mengapa kita harus membayarnya terlebih dahulu? Ya ... karena seperti umumnya penulis pemula, kita memilih penerbit indie untuk mencetaknya.
Meluncurlah saya menuju tempat penyucian kendaraan langganan yang berjarak sekitar 6 km dari rumah. Seperti niat sebelumnya saya terlebih dahulu mampir di sebuah ATM yang dilewati. Hanya beberapa menit waktu saya perlukan di ATM tersebut. Saya lanjutkan perjalanan menuju tempat penyucian. Cukup dengan waktu sekitar 5 menit ke tempat tersebut. Begitu masuk pintu gerbang, walaupun hari ini cukup ramai, tetapi tidak ada yang antri. Hanya menunggu dua buah kendaraan yang sedang dikerjakan.
Begitu memarkir kendaraan, saya keluar dan menyempatkan diri berjemur terlebih dahulu, seperti biasanya saya lakukan setiap hari (kalau tidak mendung atau hujan) pada pukul 10.00 – 11.00 sejak masa pandemi covid-19 ini. Setelah berjemur sekitar 10 menit seperti banyak disarankan, yang konon bisa meningkatkan imunitas tubuh, saya menuju kursi tunggu untu menunggu proses penyucian selesai. Seperti biasanya, pemilik penyucian itu menyambut dengan sapaan ramah kepada para pelanggannya “Monggo Pak, sekedhap malih” (Silakan Pak, sebentar lagi).
Beberapa saat berikutnya tibalah giliran kendaraan kesayangan saya dicuci. Sambil menunggu selesai, saya keluarkan bukti transfer sebelumnya, saya foto dan saya kirimkan ke teman yang telah “nalangi” (membayari) sebelumnya. Hanya beberapa kalimat seperlunya kami saling berbalas. Waktu selebihnya kemudian saya gunakan untuk duduk-duduk santai menunggu proses penyucian selesai, sesekali sambil buka HP bersosmed ria (hehe).
Setelah ada tanda-tanda mau selesai, saya segera hampiri boss pemilik penyucian untuk melakukan pembayaran. Belum meneluarkan uang, si boss sudah bilang “Ingkang pas mawon” (Yang pas saja). Saya pun memenuhi permintaannya, kebetulan ada uang pas di dompet untuk pembayaran itu (hehe). Saat melakukan ini masih dikerjakan tahapan finishing oleh petugas penyucian. Sambil menunggu proses itulah pembicaraan tentang corona bersama si boss terjadi.
Si Boss membuka dengan pertanyaan “tasih diperpanjang malih boten nggih?” (masih diperpanjang lagi tidak ya?)”, yang mengarah pada pembicaraan mengenai masa tanggap darurat yang ditetapkan oleh pemerintah dalam upaya mencegah penyebaran covid-19. “Kadose taksih terus niki” (kelihatannya masih lanjut ini), saya berusaha menimpali pembicaraannya. Kemudian saya tambahkan keterangan tentang data jumlah yang positif secara nasional yang masih terus naik dari hari ke hari. Dia pun menambahkan keterangan yang mengarah pada satu simpulan bahwa masyarakat kita cenderung “angel” untuk mengikuti anjuran dari pemerintah. Kalimat itu menjadi akhir dari pembicaraan kita tentang corona, karena beberapa saat kemudian petugas finishing sudah selesai melakukan tugasnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar