Oleh: Yuliyanto
(11 Mei 2020)
(11 Mei 2020)
“Permisi saya dari ‘xxx’ express memohon maaf di karenakan memasuki ramadhan sale dan ini keterlambatan distribusi dari gateway maka untuk pengantaran kita tidak mencukupi waktunya”. Demikian kira-kira isi pesan whatsaap yang masuk semalam sekitar pukul 22.57 WIB. “Saya usahakan besok pagi-pagi sekali saya antar. Mohon maaf terhalang oleh cuaca”, begitu kalimat terakhir dalam pesan tersebut.
Pertama kali saya membaca pesan itu merasa aneh dan heran, karena saya tidak merasa belanja online atau pesan sesuatu. Nomor si pengirim pun tidak tersimpan dalam handphone. Saya ulangi lagi membaca pesan tersebut sambil melihat foto profil dan nama si pengirim. Tetap saja saya tidak menemukan jawab atas maksud dari pesan tersebut. Akhirnya saya klarifikasi dengan pertanyaan singkat “siapa dan apa ini?”. Dia menjawab dengan singkat juga “saya dari ‘xxx’ ada paket”. Saya lanjutkan bertanya lagi “atas nama siapa?” dan dia jawab dengan menuliskan nama saya. Ketika saya lanjutkan dengan pertanyaan “dari siapa?” dia sudah tidak menjawab lagi. Akhirnya saya memutuskan untuk membiarkan pesan tersebut dengan tetap membiarkannya (tidak menghapus pesan itu).
Tidak ada lagi perasaan penasaran terhadap pesan itu. Hingga saat selesai makan sahur dan shalat shubuh baru muncul lagi pertanyaan dalam hati tentang apa isi paketan tersebut. Sempat ada niat untuk mengirim pesan agar paketan itu dikembalikan saja kepada si pengirim, tetapi saya urungkan niat itu. Akhirnya sebelum berangkat tugas saya pesan kepada anak sulung saya untuk menerima paketan itu kalau pagi ini benar-benar diantar ke rumah.
Sejak berangkat hingga beraktivitas di tempat tugas benar-benar tidak kepikiran lagi tentang paketan tersebut. Saya lebih larut dalam melaksanakan beberapa agenda yang harus selesai hari ini. Finalisasi laporan pelaksanaan pembelajaran dalam jaringan (daring) bulan Maret-April, disamping pengkondisian rapat koordinasi online tentang persiapan penerimaan peserta didik baru tahun pelajaran 2020/2021. Yang terakhir ini diikuti oleh admin atau operator.
Setelah mengkondisikan keikutsertaan dalam rapat online yang diikuti oleh admin dan operator, segera saya mereviewlaporan pelaksanaan pembelajaran daring yang telah dibuat oleh tim pengembang sekolah. Begitu saya buka soft file laporan dari tim pengembang, saya sedikit kaget melihat jumlah halamannya banyak sekali, 327 halaman. Belum ditambah laporan pelaksanaan kegiatan sosialisasi penyebaran dan pencegahan covid-19, sebanyak 31 halaman, yang akan menjadi 358 halaman.
Bagian utama laporan tersebut sebenarnya hanya terdiri dari 12 halaman. Yang membuat jadi banyak halaman adalah bagian lampiran yang memuat perencanaan, pelaksanaan, dan contoh hasil pelaksanaan kegiatan. Ini dikarenakan tim pengembang mencantumkan lampiran berkas dari seluruh personil yang terlibat dalam kegiatan tersebut. Untuk menguranginya maka saya hapus berkas dari beberapa personil hingga hanya menyisakan berkas lampiran dari 6 personil. Hasil final laporan tersebut yang harus dikirim hari ini juga menjadi sebanyak 137 halaman meliputi dua bagian, bagian I laporan pelaksanaan pembelajaran dan bagian II laporan kegiatan sosialisasi penyebaran dan pencegahan covid-19.
Tidak seperti hari-hari sebelumnya, hari ini saya putuskan pulang sebelum melaksanakan shalat dhuhur, karena sejak 1 jam sebelumnya sudah turun hujan cukup lebat. Tidak seperti hari biasanya juga, hari ini saya tidak langsung pulang ke rumah, tetapi meluangkan waktu untuk transfer sejumlah uang terlebih dahulu, tidak banyak karena hanya untuk ongkos kirim. Ini terkait dengan informasi pengiriman buku dari panitia pelatihan menulis daring SPK yang sejak akhir bulan April lalu saya ikuti.
Tiba saatnya sampai di rumah, terlihat bungkusan paket tergeletak di atas meja. Dalam pikiran saya, ini paketan yang semalam disampaikan melalui pesan whatsaap. Benar saja, ternyata paketan itu adalah buku dari panitia pelatihan menulis daring, yang ongkos kirimnya baru saja saya bayar. Segera saya buka bungkusnya dan benar isinya sebuah buku berjudul “Guru Pembelajar Bukan Guru Biasa” setebal 232 halaman seperti diinformasikan oleh panitia. Segera saya letakkan bukti pengiriman ongkos kirim di atas buku tersebut, saya foto dan saya kirimkan ke panitia melalui grup koordinasi kelas menulis. Sama sekali saya tidak kepikiran ini isi paketan tadi, karena saya merasa belum membayar ongkos kirim, dan dengan demikian belum akan dikirim. Ternyata pengiriman lebih dahulu dari pembayaran ongkos kirim. Lega dan jelas sudah sekarang tentang paketan misterius tadi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar