Oleh: Yuliyanto
(5 Mei 2020)
Corona virus diseases atau yang lebih dikenal dengan covid-19 merupkan penyebaran virus corona yang terjadi secara luas di seluruh belahan dunia. Oleh karenanya peristiwa ini ditetapkan sebagai masa pandemik covid-19. Hampir seluruh negara di belahan dunia menerapkan masa tanggap darurat dengan berbagai cara untuk memutus mata rantai penyebaran virus tersebut, tidak terkecuali Indonesia.
Sejak pertengahan bulan Maret 2020, dari tingkat pusat hingga daerah mulai menetakpan kebijakan mengenai masa tanggap darurat penyebaran virus tersebut. Sejak ini ditetapkan, dunia pendidikan mengalami perubahan yang cukup signifikan, terutama pada jenjang pendidikan dasar, dengan diterapkannya kebijakan belajar dari rumah (BDR). Bukan hal yang mudah untuk dapat melaksanakan kebijakan ini. Diperlukan kreativitas dan kemandirian yang tinggi, baik dari sisi siswa, guru, dan orang tua, hal yang masih relatif rendah terjadi pada jenjang pendidikan dasar.
Betapa pun tidak mudahnya hal tersebut tetaplah harus dilaksanakan oleh semua komponen yang terlibat di dalamnya. Semua harus melaksanakan, semua harus belajar, semua harus bisa keluar dari segala rutinitas proses yang telah berjalan selama ini sebelum masa tanggap darurat. Guru harus lebih kreatif dalam merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, siswa harus lebih mandiri dalam belajar, dan orang tua pun harus lebih peduli terhadap proses pembelajaran anaknya di rumah.
Masa tanggap darurat pandemik covid-19 tidak boleh menjadikan kita pesimis dan mudah menyerah. Semua komponen harus menjadikannya sebagai masa untuk berusaha, belajar dan berproses menuju pribadi yang kuat, mandiri, kreatif dan produktif. Banyak hal positif yang dapat kita petik dan pelajari di masa tanggap darurat ini. Demikian pentingnya kita semua harus belajar di masa tanggap darurat pandemik covid-19 tersebut, kemdikbud pun menetapkan tema peringatan hari pendidikan nasional tahun ini dengan “Belajar dari Covid-19”.
Hal pertama yang diajarkan oleh covid-19 adalah kita harus membudayakan hidup bersih dan sehat. Entah disebabkan karena belakangan kita sudah mulai menjauhi budaya hidup bersih dan sehat, ataukah hal lainnya. Yang jelas dengan covid-19 kita harus kembali belajar dan membudayakan hal tersebut. Kampanye gerakan cuci tangan dengan sabun dan penyemprotan desinfektan di lingkungan sekitar kita menjadi menu utama, disamping anjuran untuk berolahraga secara rutin untuk meningkatkan imunitas tubuh kita. Penyediaan fasilitas cuci tangan dan jadwal rutin penyemprotan pun menjadi prioritas utama hampir di seluruh sektor.
Pemandangan baru pun terlihat di mana-mana di hampir setiap tempat/daerah yang kita lewati. Di kantor-kantor bahkan di rumah-rumah penduduk nampak dibuat/disediakan fasilitas untuk cuci tangan menggunakan sabun. Mereka melakukannya dengan berbagai cara dan alat yang bervariasi, ada yang dengan menggunakan galon, ember, dan lainnya yang dilengkapi dengan cairan sabun di dalam botol yang diletakkan di dekatnya. Di setiap jalan masuk kampung pun mulai didirikan posko-posko penyemprotan desinfektan. Bahkan di suatu dusun yang dilewati jalan utama pun dilaksanakan penyemprotan desinfektan terhadap kendaraan yang melintasinya.
Pelajaran berikutnya dari covid-19 adalah menahan diri dari melakukan hal-hal yang dapat membahayakan diri kita dan orang lain. Munculah gerakan physical distancing (menjaga jarak fisik), termasuk menghindari kegiatan berkumpul yang melibatkan banyak orang. Di masa pandemik covid-19 tentu ini dengan maksud mencegah dengan mengurangi dan menghambat laju penyebarannya. Oleh karenanya pelaksanaan kerja, termasuk di dalamnya proses pembelajaran di seluruh jenjang pendidikan diatur dan dilaksanakan dari rumah, yang selanjutnya kita kenal dengan istilah belajar dari rumah (BDR) dan work from home (WFH).
Bagi guru pelaksanaan proses pembelajaran dari rumah merupakan sesuatu yang baru yang memerlukan kreativitas tersendiri. Di sinilah guru dituntut untuk mau belajar, mulai dari merancang, melaksanakan, dan mengevaluasi proses pembelajarannya. Semua guru tidak terkecuali harus mampu melaksanakannya dengan memanfaatkan teknologi informasi. Hal ini tentu agar proses pembelajaran dari rumah dapat berlangsung interaktif dan menyenangkan, sehingga siswa tidak merasa cepat jenuh mengikutinya.
Pada praktiknya di lapangan tidak mudah guru melaksanakan proses pembelajaran dari rumah tersebut. Hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya guru masih jarang atau bahkan tidak pernah menggunakan gadgetatau gawai dalam proses pembelajaran. Hal ini diperkuat oleh hasil survei yang dilakukan oleh FSGI (Federasi Serikat Guru Indonesia) dan KPAI (Komisi Perlindungan Anak Indonesia), bahwa hanya 8% guru yang mengerti memakai gawai, 82,4% minim memakai gawai, dan 9,6% tidak pernah memakai gawai untuk pembelajaran daring (https://www.beritasatu.com/nasional/626343/hanya-8-guru-yang-paham-gawai-untuk-pembelajaran-daring, 28 April 2020).
Guru-guru di daerah pedesaan, seperti tempat saya bertugas kebanyakan masih menggunakan gawai (handphone) yang dimiliki sebagai media menyampaikan materi/tugas. Kebanyakan hal itu dilakukan menggunakan media sosial seperti whatsaap dan facebook yang sebagian besar siswanya juga menggunakannya. Untuk hal yang lain yang relatif sederhana, misalnya memanfaatkan google form atau google classroom masih banyak guru yang belum mampu membuatnya. Walaupun demikian patut diberikan apresiasi kepada para guru yang tetap terus berupaya dengan belajar dan terus belajar, baik secara mandiri maupun kepada teman lain di dalam komunitasnya.
Dari sisi siswa pun bukan tidak ada kendala dalam pelaksanaan pembelajaran dari rumah ini. Mulai dari kepemilikan gawai, akses internet, hingga kepemilikan paket data yang mendukung pembelajaran daring. Mungkin dibenak Anda akan timbul pertanyaan “hari gini tidak punya gawai?” Faktanya demikian, hingga saat ini masih banyak orang tua yang belum mengijinkan anaknya memiliki gawai sendiri. Belum lagi di daerah pedesaan, walau pun persentasenya kecil, namun hal itu menjadi salah satu kendala dalam pelaksanaan pembelajaran daring dari rumah. Akses internet juga menjadi faktor lain yang bisa menjadi kendala di beberapa daerah tertentu. Faktor lain yang cukup dominan menjadi kendala dari sisi siswa adalah kepemilikan paket data yang mendukung. Sebagian besar siswa hanya memiliki paket untuk bersosial media saja.
Disamping faktor-faktor tersebut, terdapat faktor lain yang cukup signifikan menjadi faktor penghambat pelaksanaan pembelajaran daring dari rumah. Mungkin ini bersifat kasuistis di daerah tertentu, yaitu rendahnya respon siswa dalam menindaklanjuti tugas atau perintah yang diberikan guru. Ada sebagian siswa yang pasif bahkan cenderung mengabaikan tugas atau perintah yang diberikan guru. Hal ini mungkin disebabkan karena proses pembelajaran yang dilaksanakan tidak melalui atap muka. Ini menjadi salah satu bukti pendukung pentingnya guru dalam penanaman sikap atau karakter. Ilmu pengetahuan apa pun mungkin dapat dipelajari tanpa guru, tetapi sikap atau karakter tidak bisa ditanamkan tanpa sentuhan dan keteladanan dari guru.
Seiring berjalannya waktu tanggap darurat yang masih diperpanjang untuk terus menekan dan menghambat laju penyebaran covid-19, siswa pun kelihatan mulai jenuh melaksanakan proses pembelajaran dari rumah. Hal ini nampak dari pertanyaan sebagian besar siswa tentang kapan akan masuk sekolah kembali. Diperlukan langkah yang sinergis antara sekolah,orang tua, dan masyarakat sebagai komponen utama tri pusat pendidikan. Orang tua sebagai bagian dari masyarakat juga dituntut untuk belajar dari kondisi ini. Mereka harus lebih peduli dan memperhatikan serta ikut memantau dan memfasilitasi kegiatan belajar dari rumah yang dilakukan oleh anaknya.
Masih banyak lagi hal lain sebagai pembelajaran bagi kita semua dari masa pandemik covid-19 ini. Sebaik-baik yang kita lakukan adalah mengambil pelajaran dari peristiwa ini dengan tetap menyandarkan diri kita kepada Sang Pencipta, terus berupaya dan berdoa memohon perlindungan kepada-Nya. Terima kasih Bapak dan Ibu, terima kasih anak-anakku, tetaplah produktif dan ekspresif dalam belajar di masa pandemik covid-19. Demikian berbahayanya covid-19, untuk itu jangan pernah menyepelekan, merasa dirinya kuat, atau bahkan menantangnya. Teruslah belajar dan berupaya sekuat tenaga untuk selalu di rumah (stay at home), menjaga jarak, menghindari kerumunan masa, dan membudayakan hidup bersih dan sehat. Semoga masa sulit ini segera berlalu dan kita semua dapat melewatinya dengan ihlas, kuat, sehat, dan selamat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar