Dari asal katanya, sillaturrahmi artinya "nggathukke pupu (kaki)", begitu dia mengawalinya. Sedangkan sillaturrahim berarti "nggathukke weteng (kandungan)" lanjutnya. Oleh karenanya muncul dua istilah dalam sistem kekeluargaan kita, yaitu saudara sepupu dan saudara kandung.
Kedua kata tersebut memuat makna mempererat tali persaudaraan, tetapi memiliki kedalaman arti yang berbeda. Sillaturrahmi dapat dimaknai mempererat tali persaudaraan seperti eratnya saudara supupu. Adapun sillaturrahim memuat makna serupa, tetapi seperti eratnya saudara kandung.
Sebagai orang awam yang tidak menguasai ilmu asal-usul kata, saya setuju dengan penjelasan penceramah tersebut. Keduanya benar dan dapat digunakan dalam konteks yang sama untuk mempererat tali persaudaraan. Saya lebih memilih menggunakan kata silaturrahim karena memiliki makna yang lebih mendalam.
Terdapat banyak kegiatan yang bisa mempererat sillaturrahim. Bahkan setiap kegiatan yang melibatkan sekelompok orang dapat dimanfaatkan sebagai media sillaturrahim. Kegiatan yang bersifat formal, informal, bahkan non formal semua bisa kita manfaatkan sebagai media sillaturrahim, mempererat tali persaudaraan diantara seluruh anggotanya.
Dengan meniatkan diri untuk sillaturrahim bisa menghilangkan rasa malas, setidaknya untuk sekadar hadir dalam suatu kegiatan. Seperti hari ini saya mencoba belajar untuk itu dari sebuah kegiatan mancing bersama, sebuah kegiatan yang memerlukan keterampilan yang tidak saya miliki, bahkan untuk sekadar kesenangan pun saya tidak memilikinya.
Sumber: Dokumen pribadi |
"Pun dugi pundi Pak ...?", demikian salah seorang teman bertanya melalui pesan whatsapp seperti ingin mengingatkan kegiatan yang sudah direncanakan beberapa hari sebelumnya. "Baru mau berangkat", begitu saya menjawabnya singkat, lalu meluncur ke lokasi yang telah disepakati.
Belum pernah sama sekali saya ke lokasi tersebut, namun bukan hal yang sulit di jaman sekarang untuk menemukannya. Dengan bantuan Mbah Google dalam beberapa saat pun saya temukan lokasi tersebut. Tampak beberapa kendaraan sudah parkir di halaman rumah. Saya pun segara mengikutinya dan menuju lokasi setelah tuan rumah memberikan petunjuk arah.
"Medal niku teko lurus mawon", petnjuk dari yang punya rumah. Setelah berjalan beberpa meter saya menoleh ke belakang dan ada dua anak "nyunggi" sesuatu. Karena ragu, saya pun bertanya "kolame Pak Sam sebelah pundi nggih Mas?" Anak itu pun menjawab "monggo Pak sareng kula".
Saat berjalan mengikutinya, anak itu bilang kalau pernah ikut pelajaran saya. Ternyata dia alumni sebuah sekolah, tempat saya mulang beberapa tahun lalu. Ketika baru beberapa saat memegang pancing, seorang yang tampak lebih dewasa mendekati dan menyapa seperti mengenali. Ternyata dia pun alumni sekolah yang sama tapi angkatan lebih tua lagi, lulus tahun 2010.
Hari yang luar biasa. Berkumpul dengan beberapa teman dan ketemu beberapa murid. Berbicara mancingnya memang tidak mendapatkan apa-apa kecuali seekor ikan, pun itu kecil, sehingga saya lepaskan lagi ke kolam. Kebersamaan menjadi nilai lebih yang dapat diraskan dan tumbuh dari kegiatan yang lebih bernuansa penyegaran setelah aktivitas di hari sebelumnya. Dengan demikian akan tumbuh lebih erat rasa persaudaraan seperti eratnya saudara kandung.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar