Pada bulan Maret lalu pelaksanaan bersifat mendadak dan tiba-tiba karena situasi darurat. Semua harus dilaksanakan dari jarak jauh, yang sebagian besar dimaknai sebagai daring (online), walaupun sebenarnya luring (offline) pun bisa. Di awal tahun pelajaran baru ini, semua sudah dirancang dan dikondisikan jauh hari sebelumnya.
Seiring berjalannya waktu, memasuki minggu ketiga awal tahun pelajaran baru ini, mulai mucul beberapa dampak dari pembelajaran daring (online). Mulai terasa adanya rasa jenuh menjalani rutinitas secara online. Namun dibalik rasa jenuh ini meunculkan juga rasa syukur bahkan kreativitas tertentu, walaupun bersifat "guyon" atau hiburan.
"Menghibur diri biar tidak jenuh dan frustasi dengan online", begitu seorang teman menyampaikan lewat pesan whatsapp. Ini salah satu bukti mulai adanya rasa jenuh, dampak dari kelas online. "Le mantengin lembar kerja pembelajaran saja sudah luar biasa ini", lanjut teman itu menyampaikan argumentasinya. "Masih melayani japri-japrian dengan sabar dan ihlas", demikian kata teman yang mengampu 182 siswa dalam pembelajarannya.
Kejenuhan itu muncul mungkin sebagai akibat dari pasifnya proses yang berlangsung saat ini. Di sebuah tempat pembelajaran, mungkin terjadi juga di tempat Anda, guru lebih banyak duduk, menghadapi gadget. Pemandangan yang terlihat seperti orang duduk-duduk saja, padahal sedang melaksanakan proses pembelajaran. "Aktif di dunia maya, pasif di dunia nyata", begitu kelakar seorang teman melihat pemandangan itu.
Sumber: Dokumen pribadi |
Tentu rasa jenuh itu tidak harus kita biarkan, harus dihilangkan, apalagi kalau sudah menjurus pada rasa frustasi. Di sinilah rasa syukur harus dimunculkan. Lihatlah jauh di bagian luar (terluar) diwilayah kita, yang mungkin lebih sulit kondisinya akibat keterbatasan sarana dan akses untuk kegiatan serupa.
Hal lain yang muncul akibat kejenuhan dari kelas online ini adalah kreativitas tertentu, walaupun bernuansa "guyon" sebagai hiburan untuk mengusir rasa jenuh. Hari ini melalui sebuah grup whatsapp tersebar beberapa akronim berkaitan dengan kelas online. Entah siapa yang membuatnya, tetapi dipastikan saat ini sudah jutaan orang membacanya. Kelas online disingkatnya KELON, moda daring disingkatnya MODAR dan banyak lagi akronim serupa dalam sebuah pesan whatsapp tersebut.
Kreatifitas serupa saya jumpai di sebuah status whatsapp seorang teman. Dia mengunggah gambar badge sekolah bertuliskan "SD NEGERI ONLINE". Tidak hanya itu, di bawahnya terdapat gambar logo bertuliskan "Ing Sinyal Sung Tulodho, Ing Kuota Mangun Karso, Tut Wifi Hndayani".
Sudah pasti hal itu tidak ada dalam dunia nyata. Siapa pun pembuatnya saya meyakini hanya sebagai sebuah "guyon" yang bersifat menghibur. Kalimat di bawah gambar bedge "SD NEGERI ONLINE" didopsi dari falsafah luhur KH. Dewantara: "Ing Ngarsa Sung Tuladha, Ing Madya Mangun Karsa, Tut Wuri Handayani".
Kembali ke ruh pendidikan seperti falsafah dari KH. Dewantara menjadi hal terbaik mengatasi permasalahan, termasuk kejenuhan akibat kelas online ini. Ketika berada di depan harus memberi contoh, saat di tengah menjadi sumber inspirasi, serta di belakang mendorong dan memotivasi. Di masa pembelajaran online saat ini, semangat itu harus tetap digelorakan. Semua harus bisa menjadi teladan, harus bisa menginspirasi, dan medorong untuk bergerak sesuai tupoksinya, sehingga kejenuhan yang mejurus kepada frustasi tidak terjadi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar