Oleh: Yuliyanto
(18 Mei 2020)
Hari ini bertepatan dengan hari ke-25 di bualan Ramadhan, artinya tinggal sekitar lima hari lagi umat Islam akan mengakhiri ibadah puasanya dan memasuki Hari Raya Idul Fitri. Sudah sekitar dua bulan lebih masa tanggap darurat covid-19 diberlakukan oleh pemerintah sejak pertengahan bulat Maret yang lalu. Sudah selama itu pula kita melaksanakan kerja, ibadah, belajar, dan aktivitas lainnya dari rumah. Tentu saja hal ini kita lakukan dalam rangka mendukung upaya pemerintah dalam menekan dan mencegah penyebaran covid-19.
Melihat data perkembangan kasus penyebaran covid-19 secara nasional hingga hari ini masih terus mengalami peningkatan. Data kasus terkonfirmasi positif yang disampaikan oleh pemerintah hari ini sebanyak 18.010, mengalami peningkatan sebesar 496 dari hari sebelumnya sebanyak 17.514. Data tersebut tersebar di 34 provinsi dan 389 kabupaten/kota di seluruh Indonesia. Ini berarti 389 dari 514 kabupaten/kota yang ada, atau sekitar 75% dari seluruh kabupaten/kota telah terdampak penyebaran covid-19.
Berdasarkan jumlah kasus yang bisa disembuhkan secara nasional juga mengalami peningkatan, tetapi kasus meninggal juga masih terus bertambah. Data hari ini sampai dengan pukul 12.00 sebanyak 4.324 sembuh, bertambah 193 dari jumlah sebelumnya sebanyak 4.129. Adapun kasus meninggal sebanyak 1.191, bertambah sebanyak 43 dari jumlah sebelumnya sebanyak 1.148.
Melihat perkembangan data tersebut, adalah hal yang wajar muncul beberapa pertanyaan. Mengapa masih terus meningkat? Sampai kapan akan mencapai puncak dan menurun? Sia-siakah upaya kita selama ini? Tidak mudah menjawab beberapa pertanyaan tersebut, apalagi bagi kita yang awam dan tidak menangani langsung perkembangan tersebut.
Beberapa pendapat orang awam pun muncul, walau hanya dalam obrolan ringan di sela-sela aktivitasnya. Seperti simpulan boss pemilik cucian kendaraan yang saya tulis sebelumnya, yang mengatakan bahwa terus meningkatnya kasus lebih dikarenakan masyarakat kita masih cenderung “angel” (sulit) mengikuti anjuran pemerintah. Data pendukung yang dia ajukan pun sangat sederhana. Hanya berdasarkan fakta yang dilihat di sekitarnya, misalnya “kon nggo masker wae angel” (suruh memakai masker saja susah). Belum lagi sebagian warga masyarakat yang merasa daerahnya aman, cenderunga mengabaikan anjuran mengikuti protokol pencegahan covid-19 yang disarankan.
Dalam menghadapi hari Raya Idul Fitri pun sudah ada sebuah desa yang membuat kebijakan yang dituangkan dalam sebuah maklumat bersama. Salah satu butir dalam maklumat bersama yang ditanda tangani oleh beberapa tokoh di desa itu menyebutkan bahwa di desa itu membolehkan warganya melaksanakan shalat Ied di musholla atau masjid dan berkeliling “ujung” (berkunjug ke warga untuk meminta maaf). Pada dua kegiatan tersebut sulit untuk menghindari saling berjabat tangan, salah satu hal yang untuk sementara harus kita hindari. Saya punya dugaan kebijakan itu didasari karena merasa daerah tersebut aman. Tetapi adakah jaminan hal tersebut akan benar-benar aman?
Pertanyaan kedua tentang ampai kapan akan mencapai puncak dan menurun juga tidak mudah menjawabnya. Hal ini karena sangat bergantung juga kepada kepatuhan masyarakat dalam melaksanakan protokol pencegahan covid-19 yang dianjurkan pemerintah. Prediksi yang dipaparkan secara ilmiah dari salah satu ikatan alumni sebuah perguruan tinggi ternama pun meleset berdasarkan data hingga hari ini. Dalam prediksi itu disebutkan bahwa yang paling mungkin terjadi puncak pandemi akan terjadi tanggal 2 Mei dengan 1.490 kasus baru dengan akumulasi kasus positif mencapai 60.000. Mengapa saya kataan meleset? Karena hingga hari ini (sudah lewat tanggal 2 Mei) total akumulasi kasus positif sebanyak 18.010, jauh di bawah 60.000 seperti dalam prediksi tersebut.
Lalu apakah sia-sia upaya yang kita lakukan selama ini? Sudah hampir selama dua bulan lebih kita banyak beraktivitas dari rumah, namun faktanya data kasus terkonfirmasi positif masih terus meningkat. Menurut pendapat saya pribadi tidak ada yang sia-sia dari yang kita upayakan selama ini. Berdasarkan data memang masih terus meningkat, tetapi setidaknya upaya-upaya yang kita lakukan selama ini telah membantu menekan penyebaran virus tersebut. Mengapa demikian? Jika kita bandingkan prediksi dengan kenyataan data hingga hari ini, sangatlah jauh berada di bawahnya. Bukankan itu sebuah keberhasilan upaya kita dalam menekan penyebaran virus tersebut?
Mengingat begitu mudahnya penyebaran virus ini, tidak ada hal lain yang lebih baik kita lakukan selain terus berupaya dan selalu meningkatkan kewaspadaan. Harus kita hindari dan jauhkan dari pikiran kita sikap menyepelekan, merasa dirinya aman/kuat, apalagi sikap yang menantang dengan mengabaikan protokol yang telah ditetapkan dalam upaya pencegahan penyebaran virus ini. Dilengkapi dengan terus berdoa mendekatkan diri kepada Yang Maha Kuasa dengan penuh tawakal menjadi satu hal yang tidak akan pernah sia-sia dalam upaya mencegah penyebaran covid-19 ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar