Sumber: Koleksi pribadi |
Pelaksanaan upacara peringatan HUT Kemerdekaan RI tahun ini sangat istimewa, karena bertepatan dengan kondisi pandemi covid-19 yang masih terus berlangsung, yang mengharuskan kita semua untuk tetap menjaga jarak dan menghindari kerumunan masa. Oleh karenanya di beberapa instansi pemerintah pelaksanaan kegiatan ini dilakukan secara virtual di masing-masing instansi. Bagi anak-anak sekolah hal ini bahkan merupakan sebuah keharusan, sedangkan bagi pegawai di beberapa instansi melaksanakannya secara langsung dengan kuantitas terbatas dan sederet protokol kesehatan yang harus di patuhi.
Kecamatan Candimulyo, salah satu kecamatan di Kabupaten Magelang merupakan salah satu instansi yang melaksanakan kegiatan tersebut secara langsung. Tidak seperti pelaksanaan di tahun sebelumunya saat kondisi normal, pelaksanaan upacara hari ini hanya diikuti oleh peserta dalam jumlah terbatas. Peserta dari luar instansi kecamatan hanya dibatasi untuk para pimpinan instansi saja. Hal ini sesuai yang disampaikan pada rapat koordinasi lintas sektoral sebelumnya, bahwa untuk memenuhi protokol kesehatan, pelaksanaan upacara secara langsung hanya boleh dilaksanakan dengan jumlah peserta dalam kisaran 50 orang.
Selain pembatasan jumlah peserta, hal lain yang baru dari pelaksanaan kegiatan ini adalah diterapkannya beberapa protokol kesehatan. Sejak kehadiran peserta, pada saat melakukan presensi diukur suhu tubuhnya oleh petugas dan wajib mengenakan masker. Panitia menyediakan sejumlah masker berlogo HUT RI 75 INDONESIA MAJU dengan tambahan nama kecamatan di bawahnya. Semua peserta dibagikan masker ini, walaupun sebelumnya sudah mengenakannya seperti himbauan yang tertera pada undangan. Hal ini lebih untuk tujuan keseragaman, disamping untuk memenuhi salah satu protokol kesehatan yang telah ditetapkan.
Sumber: Koleksi pribadin |
Hal lain yang berbeda dari pelaksanaan kegiatan ini dari tahun-tahun sebelumnya yaitu posisi peserta upacara. Begitu komandan peleton memasuki lapangan menandai dimulainya pelaksanaan upacara, langsung mengambil alih komando dengan menyiapkan peserta di masing-masing peleton. Instruksi berikutnya dari komandan peleton tidak lagi “lencang kanan” seperti biasanya, tetapi dengan “rentangkan kedua tangan” seperti layaknya menyiapkan peserta senam. Hal ini tentu saja untuk memastikan diantara peserta memiliki jarak cukup sesuai dengan protokol kesehatan.
Pada saat pengibaran bendera pun terjadi keistimewaan dibandingkan dengan pelaksanaan pada kondisi normal. Tidak ada pasukan pengibar bendera dan paduan suara yang mengiringinya. Untuk menggantikannya panitia memutar lagu Indonesia Raya untuk mengiringi naiknya bendera merah putih oleh petugas pengibar bendera, yang juga hanya dilakukan oleh 3 orang. Pun ketika acara mengheningkan cipta untuk mengenang dan mendoakan arwah para pahlawan, hanya diiringi alunan rekaman lagu tersebut. Namun demikian hal itu tidak sedikitpun mengurangi khidmat jalannya rangkaian upacara peringatan HUT Kemerdekaan RI ke-75 tahun ini.
“Bapak-Ibu, di usia negara kita yang ke-75 tahun ini spirit jangan mengeluh itulah yang mesti ada di setiap dada kita”, demikian lnspektur Upacara membacakan lanjutan isi sambutan Gubernur Jawa Tengah. Sebuah kalimat ajakan untuk peserta upacara, seluruh warga Jawa Tengah, dan bahkan untuk kita semua yang patut kita renungkan kembali untuk tetap menjaga dan menumbuhkan semangat perjuangan di masing-masing bidangnya. “Seberat apapun kehidupan yang kita hadapi”, lanjutan kutipan nasehat dan ajakan orang nomor satu di Jawa Tengah ini dalam sambutan tertulisnya.
Mungkin tidak semudah menyampaikan nasehat tersebut bagi kita untuk mengimplementasikan dalam kehidupan ini. Butuh kesadaran dan perjuangan keras agar spirit tersebut dapat kita terapkan dalam kehidupan. Yang umum terjadi spontanitas (termasuk mengeluh) lebih sering muncul mendahului sebagai reaksi atas suatu kejadian (menyedihkan/tidak enak) yang menimpa kita. Hal ini merupakan sebuah kewajaran sebagai manusia yang memiliki otak yang terbelah menjadi dua bagian, kanan dan kiri. Hal yang menguatkan ini seperti disampaikan Moch. Khoiri dalam bukunya “Sapa Ora Sibuk”, bahwa “Secara alamiah, otak kanan menyukai spontanitas, penuh kebebasan, dan tanpa aturan. Sementara itu, otak kiri hakikatnya menuntut kerja teratur, runtut, sistematis, dan penuh pertimbangan”.
Banyak contoh yang mungkin pernah kita alami dan bahkan kita lakukan yang menunjukkan reaksi spontanitas yang disukai otak kanan tersebut. Salah satunya, misalkan kita merasa tersinggung atau disakiti, hal yang pertama muncul biasanya adalah emosi kita meninggi, marah, atau bahkan mungkin bisa sampai mengeluarkan kata-kata kotor. Hal serupa terjadi saat kondisi pandemi covid-19 ini, tidak jarang kita jumpai atau bahkan kita sendiri melakukan hal-hal yang bernada emosional, mengeluh, merasa sulit, berat, dan sebagainya. Seperti inilah reaksi otak kanan kita yang cenderung spontan ketika merespon sesuatu yang kita alami.
Bagaimanapun kita harus tetap dan terus bersyukur, karena disamping otak kanan yang suka ketidakteraturan, kita juga dikaruniai penyeimbangnya, yaitu otak kiri yang lebih menyukai keteraturan. Oleh karena itu biasanya beberapa saat setelah muncul reaksi spontan tersebut, kita akan berpikir dan menimbang kembali hal-hal tersebut. Di sinilah otak kiri bekerja, termasuk mencerna dan mempertimbangkan nasehat untuk “jangan mengeluh” dalam kondisi apapun seperti disampaikan oleh orang nomor satu Jawa Tengah dalam sambutan tertulisnya pada upacara peringatan HUT Kemerdekaan RI ke-75 hari ini.
Seperti ungkapan “Semakin tinggi pohon akan semakin besar terpaan anginnya”, demikianlah perjalanan kehidupan kita. Semakin bertambah yang dititipkan kepada kita oleh Sang Pencipta, akan semakin banyak pula tantangan atau ujian yang mungkin kita hadapi. Hal yang demikian tidak cukup dan tidak seharusnya hanya kita hadapi dengan mengeluh. Semakin banyak kita mengeluh akan semakin berat beban kita rasakan. Oleh karenanya semangat “jangan mengeluh” harus tetap kita kobarkan dalam diri kita untuk menghadapi segala tantangan yang semakin hari akan semakin banyak dan mungkin lebih berat. Semangat dan tekat bulat dari para pejuang untuk terbebas dari penjajahan dan mempertahankan kemerdekaan harus terus dikobarkan pada diri kita. Terbebas dari penjajahan pada jamannya untuk meraih kehidupan yang lebih baik dan merdeka harus terus kita perjuangkan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar